“Mas, bawa wadah sendiri kan untuk barang belanjaannya? Sekarang kita sudah tidak menyediakan kantong plastik untuk barang belanjaan” ucap pelayan toko ketika selesai membeli barang belanjaan disalah satu minimarket, kawasan Tebet. Jakarta.
Tidak ada pilihan, karena memang saat itu, aku belum tahu bahwa sekarang sudah mulai dicanangkan gerakan hijau untuk mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Aku memutuskan untuk membeli totebag sebagai wadah barang belanjaanku saat ini.
Sejak pencanangan larangan penggunaan sedotan beberapa tahun terakhir dan sekarang disusul dengan larangan penggunaan kantong plastik. Aku berpikir, apakah mungkin semua aktivitas kehidupan dengan konsep hijau alias ramah lingkungan bisa diterapkan? Hal ini lah yang terpikirkan sepanjang perjalanan pulang dari minimarket tersebut.
Malam pun kini beranjak larut, tetapi kota ini tidak pernah sepi. Layaknya kehidupan 24 jam, semua aktivitas berjalan dirodanya masing-masing. Begitupun juga denganku, ketika malam tiba adalah waktunya mencari inspirasi tempat liburan untuk mengisi waktu cuti yang akan datang. Akupun melihat peta Indonesia dan memperhatikan dengan saksama. Mataku berhenti dipulau timur Indonesia, Papua.
Bagiku, Papua adalah destinasi yang tepat untuk aku kunjungi kali ini. Berbagai destinasi wisata unik dan menarik sudah banyak beredar diinternet terutama yang bersumber dari EcoNusa, sebut saja Raja Ampat yang pesonanya hingga ke mancanegara. Tetapi kali ini, aku benar-benar ingin mengunjungi papua destinasi wisata hijau nan unik. Hingga aku temukan beberapa tempat tersebut yang penuh dengan kearifan lokal.
Puncak Carstenz, Sang Pemilik Salju Abadi
Siapa yang tidak senang melihat salju? Apalagi di Indonesia yang hanya memiliki 2 musim yaitu musim hujan dan kemarau. Salju merupakan hal istimewa untuk dilihat. Biasanya para wisatawan Indonesia memilih berlibur ke Jepang atau Korea untuk melihat salju.
Tetapi ternyata, di tanah Papua terdapat salju di Puncak yang tidak memandang musim ini dan merupakan salah satu destinasi yang layak dikunjungi jika berkunjung ke Papua. Bahkan karena keberadaanya selalu ada, maka sering dijuluki sebagai salju abadi.
Terletak dipegunungan Jayawijaya, dengan ketinggian mencapai 4.884 mdpl menyebabkan udara dipuncak gunung ini sangat dingin. Puncak ini awalnya dilihat pertama kali oleh penjelajah asal Belanda bernama Jan Carstenz pada tahun 1623. Sehingga puncak ini pun diberi nama Puncak Carstenz yang merupakan puncak tertinggi di Indonesia dan juga menjadi salah satu dari tujuh puncak tertinggi di dunia, ‘Seven Summits’.
Desa terdekat menuju puncak Carstenz adalah desa Ugimba yang ditempuh selama 8 jam perjalanan dari Sugapa, Intan Jaya. Dari Ugimba, masih butuh sekitar 4 hingga 6 hari menuju puncak Cartenz.
Puncak Cartenz tidak hanya menyajikan salju abadi diketinggian tetapi banyak hal yang bisa dinikmati sepanjang perjalanan seperti sungai air garam, sungai terbalik karena airnya mengalir dari bawah ke atas, hingga hujan es. Belum lagi kekayaan flora dan fauna yang tersebar dibeberapa ekosistem hutan berdasarkan ketinggian. Hal inilah yang membuatku ingin sekali berkunjung ke puncak Carstenz papua destinasi wisata hijau dengan salju abadinya .
Malam yang Memikat di Desa Kunang-Kunang Wouna
Mengembalikan memori masa kecil, akan keberadaan kunang-kunang ternyata juga bisa dinikmati di tanah papua. Ketika malam hari tiba, keberadaan kunang-kunang dengan cahayanya yang kerlap-kerlip disela-sela pepohonan adalah pemandangan yang sulit ditemukan di kota-kota besar. Apalagi seperti ibukota Jakarta.
Terletak di desa Wouna, Distrik Yawosi, keberadaan kunang-kunang sudah lama menjadi destinasi wisata unik sekaligus ramah lingkungan. Udara bersih merupakan salah satu faktor pendukung keberlangsungan hidup kunang-kunang, dan ini bisa ditemukan di desa Wouna. Apalagi kunang-kunang disini besar-besar sehingga cahaya yang dihasilkan pun tampak lebih bersinar.
Populasi kunang-kunang di Pulau Biak benar-benar dijaga oleh masyarakat setempat sebagai salah satu bentuk kearifan lokal akan keseimbangan ekosistem. Ketika kunang-kunang muncul itu artinya, udara disekitar mereka terjaga dengan baik sehingga aktivitas tidak akan terganggu akibat adanya polusi.
Romantisme malam dikelilingi cahaya memikat dari kunang-kunang membuat desa Wouna layak untuk dikunjungi. Berdasarkan informasi penduduk lokal bahwa waktu terbaik untuk menikmati kunang-kunang adalah pukul 18.00 - 21.00 WIT. Hal inilah yang menjadikan desa Wouna sebagai salah satu tempat liburan hijau yang ingin aku kunjungi, sekaligus nostalgia masa kecil. Kapan lagi, bisa berlari di bawah pohon dengan kerlap-kerlip cahaya dari kunang-kunang kalau bukan di desa Wouna.
Bertemu dengan Paus Bryde, Penjaga Kampung Lobo
“Pernahkah bertemu dengan ikan paus sepanjang 12 meter dan disaksikan langsung tepat di depan mata, bukan lagi di layar televisi?” celoteh teman saat kami berdiskusi tentang destinasi wisata laut.
Belum sempat terjawab, teman tersebut akhirnya mengeluarkan kalimat ampuh sekaligus tantangan. Ayo lah, datang ke kampung Lobo, maka engkau akan menemukan Paus Bryde, sang penjaga kampung Lobo.
Sumber Foto; intronesia.com |
Berada di Teluk Triton, Kampung Lobo menjadi salah satu tempat terbaik untuk bertemu dengan paus Bryde. Meskipun masyarakat kampung Lobo mayoritas nelayan, tetapi mereka hidup dengan harmonis bersama paus Bryde. Tidak ada satupun nelayan memburu paus ini. Bahkan mereka sudah menganggap keberadaan paus Bryde sebagai penyelamat hingga menjadikannya keluarga ketika berada di laut. Kearifan lokal nan unik bersahabat dengan mamalia laut yang perkasa.
Apalagi kata temanku, bahwa ketika air laut sedang jernihnya tidak jarang paus Bryde ini akan berkumpul ditengah lautan dan menari-nari. Sesekali, dari balik punggungnya, air akan tersembur ke udara. Semua ini bisa langsung dinikmati dari atas perahu nelayan. Ah, benar-benar memikat. Aku pun memastikan paus Bryde sang penjaga kampung Lobo adalah tujuanku ketika berkunjung ke tanah papua.
Desa Noken di Kampung Utikini Baru
Noken merupakan salah satu hasil karya dari Papua berbentuk wadah yang sering digunakan untuk menyimpan barang bawaan. Noken terbuat dari serat kayu kemudian dipilin dan dirajut hingga menyerupai tas. Pada 4 Desember 2012, noken sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia sehingga patut dan layak untuk dilestarikan.
Bagi para wanita papua atau sering disebut mama mama papua, noken bukan hanya sebuah wadah penyimpanan multifungsi tetapi juga sebagai simbol kedewasaan. Seorang wanita papua, belum dikatakan dewasa jika tidak mampu merajut noken yang baik. Sehingga noken sudah menjadi sentral keluarga dan citra wanita papua.
Salah satu desa noken yang ingin aku kunjungi adalah desa noken di Kampung Utikini Baru. Kampung ini sudah sering menghasilkan berbagai jenis model noken hingga merajut turunan produk noken. Selain terbuat dari serat kayu, di kampung ini noken juga sudah mulai menggunakan benang wol.
Menjadikan buah tangan sekaligus sebagai bentuk kampanye lingkungan dalam mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari adalah salah satu alasan mengapa desa noken wajib dikunjungi.
Maka benarlah adanya tentang kalimat kawanku yang sepintas terdengar biasa saja tetapi penuh makna. “Jika ingin melihat hutan beton datanglah ke Jakarta. Tetapi, jika ingin menikmati travelling hijau, datanglah ke Papua”.
Papua indah sekali ya, semoga selalu terjaga keaslian alam dan budayanya..
ReplyDeletehihihi di Jakarta ada hutan beton hijau ya, kalau di Papua, hutan beneran :D
ReplyDeleteBukan semata hutan, tapi lengkap dengan populasi keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya.
Bangga banget Indonesia punya hutan Papua :)
Papua itu indah semoga tetap lestari sampai nanti aku menginjakan kaki di tanah Papua tercinta, salam kenal dan good luck ya kak
ReplyDeleteYang baru saya tau tentang populasi kunang-kunang mas ..
ReplyDeleteMereka, masyarakat Papua begitu menjaga kekayaan alam mereka. Kita pun seharusnya ikut membantu mereka agar Papua tetap terjaga keindahannya
Sepertinya banyak hal yang ada di Papua dan nggak ada di tempat lain ya. Itulah unik dan indahnya Papua. Semoga suatu hari nanti diberikan rezeki dan kesempatan untuk menginjakkan kaki langsung di sana.
ReplyDeleteKalau bahas Papua penuh sejuta harapan dan cita-cita saya pengin banget mendaki puncak cartenz ini sebelum Himalaya
ReplyDeleteWowowowoww salju abadi kerennnn gak nyangka di wilayah Indonesia ada saljuuu
Seriusan mimpi saya pengin daki gunung
Membayangkan Wouna, Distrik Yawosi sebagai desa kunang-kunang. Duh andai saja dekat, sudah lari ke sana deh pengen lihat. Waktu kecil masih sering lihat kunang-kunang di kampung. Sekarang cuma nemu di drama Korea. Semoga wisata hijau Papua terjaga kelestariannya..
ReplyDeleteKalau lihat gambar2 destinasi Papua tuh bener2 indah banget ya kak. Karena alamnya masih aseli blm bnyk dijamah Manusia. Cerita kunang2 mengingatkan sy pd masa kecil. Nangkep kunang2 dan dimasukin ke stoples jadi terang benderang sekitarnya hehe.Semoga keaslian alam Papua tetap terjaga ya ..
ReplyDeletePengen banget dari dulu liat paus besar itu langsung. Ya Alloh indah banget ya bumi Papua, semoga alamnya selalu terjaga untuk generasi mendatang.
ReplyDeleteWoaaa saya suka saya suka, bisa liat kunang-kunang, dan paus secara langsung???
ReplyDeleteMasyaAllah,,,
Tentang noken, saya sudah pernah dioleh-olehin suami, semoga suatu hari bisa pilih sendiri noken yang disuka
Wisata hijau Papua selalu menarik untuk bisa dieksplorasi. Dari dulu juga saya ingin ke Papua tapi belum kesampaian.
ReplyDeletePapua ini emang serpihan surga yang ada di Indonesia, karena kaya sumber daya alam , kaya seni budaya hingga flora fauna yg beragam dan juga tempat wisata yang sangat alami, keren banget econusa ini mempunyai kegiatan yg sangat bermanfaat untuk menjaga kelestarian alam papua.
ReplyDeleteSaya termasuk orang yang paling suka denger berita tentang Papua. Kalau ada info yg sedih di sana aja saya suka nangis. Meskipun belum pernah ke sana tapi dari literasi banyak membuktikan kalau tanah Papua itu ladang investasi yang luar biasa bagi Indonesia. Kekayaan dan keindahannya luar biasa. Jadi aneh kalau ada yg bilang Papua itu tertinggal. Buktinya sekarang sangat terkenal di mancanegara.
ReplyDeleteBanyak surga tersenbunyi yah di Indonesia ini, terlebih Papua yang saat ini menjadi destinasi impian semua orang termasuk saya salah satu nya hehe. Anw itu penasaran banget sih sama desa kunang-kunang wouna, pasti bakalan indah banget :)
ReplyDeleteah, jadi kangen sama kunag-kungan...entah sudah berapa tahun tak menjumpainya. Ternyata di Wouna masih ada dan terjaga.
ReplyDeletePapua memang destinasi wisata hijau yang memesona dan patut kita jaga kelestariannya
Ya Allah terakhir liat kunang-kunang waktu kelas 1 SMK sekarang dah susah banget nemuin hewan ini di sini. Kalau di Papu jelas masih banyak ya karena hutannya masih begitu terjaga.
ReplyDeletePuncak Cartszen ini ada salju abadinya yaa Mas Taumy... Masyaallah unik2 ya alam Papua ini, eksotis dan misterius hehe... banyak yg belum saya tau, tfs Mas, menarik tulisannya
ReplyDeleteSaya juga sangat terpikat sama Papua. Selain alamnya yang indah, tradisinya juga unik.
ReplyDeleteAih, aku jadi merindukan kunang-kunang. Tempat tinggalku di sini masih termasuk pedesaan juga. Tapi nggak ada kunang-kunang. Apakah karena udara dan lingkungan sudah tercemar, ya?
ReplyDeletePapua di setiap sentinya selalu menawarkan destinasi wisata hijau yang menarik. Puncak Cartenz jadi salah satu yang kuimpikan, tuh. Tapi mengingat medannya yang sulit, mengetahui salah satu seven summits ini dalam keadaan baik pun aku sudah senang.
Anakku pernah bertanya, di Indonesia adakah salju? Saya bilang, Indonesia cuma punya dua musim, musim hujan dan panas, tapi kalau mau lihat es/salju ada gunung yang ada di papua, dia pengen banget ke sana, semoga cita-citanya tercapai saat besar
ReplyDeletePapua nih emang banyak yaa destinasi wisata yg masih perawan, hijau dan perlu banget dilestarikan dan dikembangkan lagi...
ReplyDeleteAku jadi pengen deh ke Papua suatu saat nanti
yang menarik perhatianku adalah tempat konsevasi laut dan beragamnya biota laut di Papua. Asli bikin pengen menyelam menikmati keindahan alam bawah laut
ReplyDeletepapua..semoga tetap terjaga hutannya
ReplyDeletesemoga tetap lestari alamnya
btw..penasaran dgn hiunya
Papua emang masih terjaga banget ekowisatanya. Semoga Akan terus terjaga. Btw aku baru tahu di pulau biak terkenal dengan kunang-kunangnya. Dan itu besar sekali pausnya masya Allah~
ReplyDeletePenasaran banget sama paus bryde, semoga suatu hari nanti bisa mampir ke Papua lagi dan berenang ama paus :)
ReplyDeleteYa ampuuuuun saya asli mupeng dan terkagum-kagum dengan ulasan tentang tempat wisata yang ada di Papua ini, semoga saya suatu saat, saya bisa merasakan langsung keindahan tempat-tempat tersebut. Keren-keren banget.
ReplyDeleteSetelah menaklukan Gunung Kerinci Agustus lalu bersama anak, tujuan selanjutnya pendakian ya Puncak Jayawijaya.
ReplyDeleteMana lagi yg lebih tinggi di tanah air ini?
Pengen ke Papua. Setuju klo hutan papua jd wilayah konservasi dunia sebelum hutannya habis
ReplyDeleteWow, beneran tuh, Mas Taumy, kalau di Kampung Lobo kita bisa melihat ikan paus sepanjang 12 meter? Bergidik duluan deh hihi... Kunang2 di malam hari bermunculan makin menambah keindahan alam Papua ya. Aku kepengen deh ke Raja Ampat dan Lembah Baliem 😍
ReplyDeletePaus Bryde itu Ikan Hiu Paus atau Whale shark ya. Penasaran juga ingin ke Teluk Triton. Populasi kunang2 juga menarik
ReplyDeleteWaduh, ikan Paus sepanjang 12 meter? Tentu sangat menakjubkan ya bisa melihat langsung kebesaranNya. Papua benar2 wonderful bgt.
ReplyDeleteAku juga pengin ke Kampung Lobo. Ini di daerah Kaimana kan, dekat teluk Triton. Gak kebayang sensasi melihat paus dari jarakl yang super dekat. Pasti ngeri-ngeri sedap.
ReplyDeleteaku itu kagum banget sama noken lho kak, karena papahku dinas d papua itu jadi kebiasaan pake tas noken ini bahkan sampe ke mall juga beliau pake tas nokennya itu yg mana bisa muat seekor babi besar lho
ReplyDeleteIniloh indahnya Papua yaah bang, salah satu destinasi impian aku banget ini bang hehe. Semoga setelah Corona aku bisa trip kesini. Kecenyaa lagi cuma Papua yang punya Salju di Indonesia yaah mantap!
ReplyDeletePapua, surga tersembunyi di Timur Indonesia. Swmoga tercapai impiannya ya mwngunjungi semua yang ada dalam daftar di atas, jangan lupa dituliskan di blog juga :D
ReplyDeleteGak nyangka deh kalau Papua itu keren banget. Alamnya masih sangat alami dan hijau. Baik darat ataupun laut. Terlebih di Raja Ampat. Semua orang tentu pengen ke sana :)
ReplyDeleteSemoga kekayaan alam Papua bisa tetap dan masyarakatnya semakin sejahtera ya.
ReplyDeleteIngin deh suatu saat mengunjungi tanah Papua :)
Paus Bryde dan masyarakat Kapung Lobo yang hidup harmonis layaknya keluarga...mungkin cuma ada di Papua ya. Begitu banyak kearifan lokal dan budaya juga alam yang masih terjaga di sana...Semoga bisa lestari sampai nanti
ReplyDeleteMelihat foto paus gini jadi inget masa kecil dulu. Bacaan dan gambar-gambar yang aku baca semua tentang jenis-jenis ikan gini. Gak tau kenapa jadi kangen masa itu, Mas. Makasih, Mas..hehe
ReplyDeleteOh gitu, bagus juga ya, Mas ternyata desa itu. Bisa menghasilkan produk rajutan gitu. Kalau bisa kesana langsung bisa sekalian ikut bikin sepertinya ya, Mas.
Aku sempat mengagumi Gunung Jayawijaya, dan sejak masih sekolah udah tau puncak Carstenz ada salju abadi. Sempet punya impian ke sana
ReplyDeleteTapi tanah Papua memang mengagumkan dengan pesona keindahan alamnya
Seriusss, pingin banget kesinii. Punya saudara di Jayapura, dan semoga bisa mengunjungi mereka sepulang dari Taiwan. Dan pastinya artikel mas Talif akan jadi bahan rujukan wisata nih. Thanks bangettt sharingnya ^^.
ReplyDelete