Refleksi langit biru anggun terpampang di permukaan air. Di atasnya, tebing karang nan kokoh merangkul dengan bijak. Sempurna dengan beningnya dasar sumur yang menawan. Warga mengenalnya dengan nama Pusentasi Donggala
Pagi menawan, tepat pukul 07.00 WITA, kendaraan roda dua sudah ku arahkan menuju Donggala. Belum banyak
aktivitas berarti sepanjang jalan silae, selain warga sibuk mengantarkan
anak-anaknya ke sekolah.
Tepat di ujung jalan, deretan-deretan pertokoan sudah tergantikan dengan warung sederhana penjual nasi kuning. Aku pun memutuskan untuk berhenti disalah-satu dego-dego, memesan sepiring nasi kuning berlauk ikan tongkol.
Tidak butuh lama, seporsi pesananku menghampiri disajikan diatas piring rotan beralaskan daun pisang dan dengan tenang, sarapan pagi ku pun berjalan dengan mulus. Dengan selembar uang bergambarkan Sultan Mahmud Badaruddin II, aku mengakhiri prosesi sarapan pagi dan melanjutkan perjalanan ke tujuanku yaitu Pusentasi Donggala.
Tepat di ujung jalan, deretan-deretan pertokoan sudah tergantikan dengan warung sederhana penjual nasi kuning. Aku pun memutuskan untuk berhenti disalah-satu dego-dego, memesan sepiring nasi kuning berlauk ikan tongkol.
Tidak butuh lama, seporsi pesananku menghampiri disajikan diatas piring rotan beralaskan daun pisang dan dengan tenang, sarapan pagi ku pun berjalan dengan mulus. Dengan selembar uang bergambarkan Sultan Mahmud Badaruddin II, aku mengakhiri prosesi sarapan pagi dan melanjutkan perjalanan ke tujuanku yaitu Pusentasi Donggala.
Pusentasi Donggala |
Perjalanan Menuju Pusentasi Donggala
Tiga puluh menit waktu berlalu
melintasi jalan trans Palu-Donggala, pemandangan sepanjang jalan silih
berganti. Meskipun memang di kanan jalan, pemandangan laut dari berbagai sudut
selalu menemani.
Jalan lintas ini memang sengaja dirancang bersisian dengan tepian laut, selain bukit-bukit menjulang di sisi kiri jalan. Terkadang, segerombolan sapi warga menjadi kawan sesaat disalah satu sudut jalan ketika melintasi jalan trans ini. Dari pemandangan laut, berganti dengan pohonan hijau dikiri-kanan jalan, menandakan tujuanku sudah dekat.
Baca juga: Cagar Budaya Patung Palindo Lembah Bada
Ketika berada di desa Towale, papan penunjuk arah berwarna hijau bertuliskan “Pusat Laut”, cukup jelas terpampang disisi kiri jalan. Seketika pula, lampu zein bagian kanan aku nyalakan, selaras dengan fokusku yang teralihkan ke kaca spion bagian kanan untuk melihat kendaraan dibelakakngku sebelum akhirnya aku putuskan untuk berbelok ke kanan, memasuki jalan berkerikil dengan aspal seadanya, berbeda dengan jalan trans sebelumnya.
Sesekali jalan berlubang, tanjakan dan turunan silih berganti sebelum gerbang pintu masuk Pusat Laut menyambut kedatanganku.
Jalan lintas ini memang sengaja dirancang bersisian dengan tepian laut, selain bukit-bukit menjulang di sisi kiri jalan. Terkadang, segerombolan sapi warga menjadi kawan sesaat disalah satu sudut jalan ketika melintasi jalan trans ini. Dari pemandangan laut, berganti dengan pohonan hijau dikiri-kanan jalan, menandakan tujuanku sudah dekat.
Baca juga: Cagar Budaya Patung Palindo Lembah Bada
Ketika berada di desa Towale, papan penunjuk arah berwarna hijau bertuliskan “Pusat Laut”, cukup jelas terpampang disisi kiri jalan. Seketika pula, lampu zein bagian kanan aku nyalakan, selaras dengan fokusku yang teralihkan ke kaca spion bagian kanan untuk melihat kendaraan dibelakakngku sebelum akhirnya aku putuskan untuk berbelok ke kanan, memasuki jalan berkerikil dengan aspal seadanya, berbeda dengan jalan trans sebelumnya.
Sesekali jalan berlubang, tanjakan dan turunan silih berganti sebelum gerbang pintu masuk Pusat Laut menyambut kedatanganku.
Pemandangan menuju Pusentasi Donggala |
Pusentasi Donggala-Sebuah Sumur Raksasa
“Hari beruntung, sepi tanpa pengunjung” ucapku dalam hati.
Belum ada satu pun pengunjung lainnya. Mungkin karena hari ini, bukan
hari libur. Otomatis, aku bisa mengeksplor setiap jengkal dari tempat ini
sepuasnya, tanpa perlu khawatir untuk antri.
Selepas memarkirkan motor,
langkah kaki kuarahkan menuju dinding berwarna hijau dan merah muda yang tampak
dari kejauhan. Dinding ini unik, karena tidak memiliki atap. Hanya ada beberapa
pohon memperindang disekitar dinding.
Semakin mendekat, terlihat mulut sumur, luar biasa besar. Dinding beton pembatas pun didalamnya sudah ada. Sumur berdiameter 10 meter dan kedalaman 7 meter ini, sempurna berada didepan mataku.
Nuansa segar nan menyejukkan langsung terpancar dari dalam sumur. Jernih menentramkan. Disalah satu mulut sumur, tangga penghubung antara dasar sumur dan permukaannya sangat jelas terlihat berwarna putih.
Semakin mendekat, terlihat mulut sumur, luar biasa besar. Dinding beton pembatas pun didalamnya sudah ada. Sumur berdiameter 10 meter dan kedalaman 7 meter ini, sempurna berada didepan mataku.
Nuansa segar nan menyejukkan langsung terpancar dari dalam sumur. Jernih menentramkan. Disalah satu mulut sumur, tangga penghubung antara dasar sumur dan permukaannya sangat jelas terlihat berwarna putih.
Dinding akses menuju Pusentasi (Pusat laut) |
Setiap pengunjung sudah pasti
tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan langka ini. Hal ini pun berlaku padaku.
Setelah berganti pakaian siap basah, aku mulai mengatur posisi, memilih salah
satu sisi mulut sumur, menarik napas sedalam semampuku dan dalam hitungan
ketiga, tubuhku sempurna melayang di udara sebelum akhirnya tertarik gravitasi
dan tertangkap jernihnya air sumur raksasa.
Baca juga: Pesona Taman Nasional Komodo
Rasa asin menghampiri indra pengecap dan sekaligus menyadarkanku bahwa benar, sekarang aku berada di Pusentasi Donggala yang dalam Bahasa Kaili berarti pusat laut. Sebuah sumur raksasa, berjarak sekitar 200 meter dari pesisir pantai.
Disini, aku dengan bebas berenang disetiap sudutnya dengan permukaan air jernih dan beberapa ikan yang hidup di dalamnya. Begitulah caraku menikmatinya. Sesekali mengapungkan diri, berdiam sejenak hingga berdiri disalah satu bebatuan yang ada didalamnya.
Bahkan karena begitu antusias, aku kembali naik ke permukaan sumur raksasa menggunakan tangga pipa pvc di salah satu sisi. Kembali merasakan sensasi melopat diudara sebelum akhirnya kembali menyentuh permukaan air sumur nan jernih. Begitu terus hal yang aku lakukan secara berulang, sebelum akhirnya waktu jua yang memanggil untuk segera mengakhiri.
Aku pun mencoba menikmati, sambil duduk diatas ayunan yang talinya digantungkan pada salah satu pohon, tepat dibibir pantai. Suasana damai menentramkan, sesekali tercipta. Lupakan sejenak hiruk-pikuk pekerjaan. Hingga tak sadar, perut sudah mulai berbunyi. Pertanda, waktunya mengisi bahan bakar tubuh.
Mengunjungi pusat laut Donggala ketika hari biasa, memang sangat menyenangkan karena sepi pengunjung. Tetapi untuk urusan makan, tidak satu pun, warung penjual makanan buka.
Akhirnya, aku putuskan untuk kembali sembari mencari warung makan diperjalanan pulang. Dalam harapanku, suatu hari nanti, mungkin entah kapan, Pusentasi Donggala ini akan terkenal, bukan hanya di Indonesia bahkan di dunia sebagai sumur raksasa yang berada di Donggala.
Baca juga: Pesona Taman Nasional Komodo
Rasa asin menghampiri indra pengecap dan sekaligus menyadarkanku bahwa benar, sekarang aku berada di Pusentasi Donggala yang dalam Bahasa Kaili berarti pusat laut. Sebuah sumur raksasa, berjarak sekitar 200 meter dari pesisir pantai.
Disini, aku dengan bebas berenang disetiap sudutnya dengan permukaan air jernih dan beberapa ikan yang hidup di dalamnya. Begitulah caraku menikmatinya. Sesekali mengapungkan diri, berdiam sejenak hingga berdiri disalah satu bebatuan yang ada didalamnya.
Bahkan karena begitu antusias, aku kembali naik ke permukaan sumur raksasa menggunakan tangga pipa pvc di salah satu sisi. Kembali merasakan sensasi melopat diudara sebelum akhirnya kembali menyentuh permukaan air sumur nan jernih. Begitu terus hal yang aku lakukan secara berulang, sebelum akhirnya waktu jua yang memanggil untuk segera mengakhiri.
Pusentasi Bukan Hanya Sumur Raksasa
Selepas berganti pakaian disalah satu toilet yang ada dikawasan, aku pun kembali mencoba eksplor sudut lain. Ternyata dibalik sumur raksasa terdapat pantai dengan pasir putih yang menawan. Ombak yang ada tidak begitu deras, tetapi cukup membuktikan bahwa pantai ini menjorok ke laut lepas.Aku pun mencoba menikmati, sambil duduk diatas ayunan yang talinya digantungkan pada salah satu pohon, tepat dibibir pantai. Suasana damai menentramkan, sesekali tercipta. Lupakan sejenak hiruk-pikuk pekerjaan. Hingga tak sadar, perut sudah mulai berbunyi. Pertanda, waktunya mengisi bahan bakar tubuh.
Mengunjungi pusat laut Donggala ketika hari biasa, memang sangat menyenangkan karena sepi pengunjung. Tetapi untuk urusan makan, tidak satu pun, warung penjual makanan buka.
Akhirnya, aku putuskan untuk kembali sembari mencari warung makan diperjalanan pulang. Dalam harapanku, suatu hari nanti, mungkin entah kapan, Pusentasi Donggala ini akan terkenal, bukan hanya di Indonesia bahkan di dunia sebagai sumur raksasa yang berada di Donggala.
Cara menikmati sumur raksasa |
Airnya Pusentasi jernih sekali, jadi pengen ikutan nyebur walaupun nggak bisa berenang hehe
ReplyDeleteIya. Apalagi lihat dasarnya. Jernih sekali.
DeleteKak Taumy, featurenya keren abis . Saya tipe yang sering kali terlalu singkat mendeskripsikan segala sesuatu. Terlalu straight to the point. Kak Taumy jago banget memceritakan detail perjalanan dan panorama Pusentasi dibalut bahasa indah dan foto-foto keren , they are awesome. 👍👍👍
ReplyDeleteTerimakasih kak. Kita sama-sama belajar menulis
DeleteAwalnya aku pikir ini mirip kayak Kedung Tumpang yg di Tulungagung.. Kolam2 dr bebatuan karang yg airnya berasal ombak.. Ternyata Pusentasi (pusat laut) punya defisini sendiri ya, aku baru tau :p
ReplyDeleteIya kak, ini berbeda dari yang lain. Memang berbentuk sumur.
DeleteFoto yg terakhir ajib banget..
ReplyDeleteSemoga someday bisa ke tempat ini..
Yuk Deny. Kalau mau kesini berkabar saja, siapa tahu saya lagi di Sulawesi juga.
DeleteSaya pernah kesana beberapa tahun yang lalu. Biasanya ada beberapa anak kecil menunggu lemparan uang dari pengunjung.
ReplyDeleteItu kalau weekend sepertinya dan selalu ramai. Datang lag pas weekdays untuk menikmati sumur rasa pribadi
DeleteAsli keren banget ini,apalagi belum banyak terjamah sama wisatawan.
ReplyDeleteSelalu suka tulisannya, tempat baru wawasan baru dan foto yang apik. Nikmat banget ya Kak kayanya berbaring di atas airnya. Mauu hehe!
ReplyDeleteTerimakasih. Ayo, jika mau kesini, siap jadi guide.
DeleteIndah nian
ReplyDeleteTerimakasih
DeleteGaya Featurenya keren abis. Apalagi Foto2nya. Baru tahu ada Sumur Raksasa, Pusentasi. Moga bisa berenang kesini, bawa rombongan.
ReplyDeleteAamiin. Berkabar saja jika jadi kesini, siapa tahu saya lagi libur juga di Sulawesi
Deleteairnya keliatan adem sekali, jadi pengen renang disitu
ReplyDeleteYuk...Pasti betah deh.
Deletediksinya bagus: memperindang
ReplyDeleteTerimakasih kak Iqbal
DeleteSaya beberapa kali melewati lintas palu donggala, namun guide ndak pernah info ada destinasi sekeren ini. Terimakasih kak Taumy infonya....
ReplyDeleteSekali-sekali mampir lah kak Tuty, cuma setengah jam dari Tanjung Karang Donggala
DeletePusat bumi ya mas? Wkwk foto aing ilang disini.. hiks
ReplyDeleteHahaha. Pusat Bumi mah di Jepara, tempat asal Gong Perdamaian. Ini, Pusat Laut
DeleteDuh membaca tulisan jagoan feature ini membuatku ingin belajar lagi. Metafora, diksi yang dipakai pas sekali dan tidak berlebiham menggambarkan kecantikan pusentasi. Ingin sekali bisa ke sana
ReplyDeleteTerimakasih kak Yun. Berkabar saja jika ingin kesana.
DeleteAku membayangkan berada disana dan terjun bebas ke dalam sumur, naik, terjun lagi, naik terjun lagi hingga lupa jika usia sudah tidak kanak-kanak lagi. Airnya keliatan segar banget. Oh ya diksinya dan featurenya kerennn 😍
ReplyDeleteTerimakasih kak Kalena. Hahaha. Yang penting masih ABG. Jadi masih bisa menikmati Pusentasi.
DeleteBtw, ini kenapa disebut pusat laut ya, mas?
ReplyDeleteKarena berbentuk sumur dekat laut yang airnya masih dipengaruhi pasang surut air laut. Sesuai namanya, Pusentasi.
DeleteBang cara naik nya lagi gimana? Penasaran.. hahah..
ReplyDeleteDuh baru baca tiba2 udahan aja.. heheh.. gaya bahasa bang taumy mengalir sekali.
Ada tangga dari paralon PVC disalah satu sudut Pusentasi. Jadi kalau tidak berani lompat (lumayan kan 7 meter), cukup turun menggunakan tangga 😀
Deleteamazing....bisa di divingin ngga sih itu sumurnya?
ReplyDeletePusentasi cukup freedive kak Agus, karena kedalaman airnya paling sekitar 3 meter klo surut.
Deletesetelah ada orangnya baru berasa banget gedenya....
ReplyDeleteBenar sekali Babang, Pusentasi memiliki diameter 10 meter jadi serasa berada di sumur raksasa.
DeleteKok aku malah ngeri gitu bacanya hehe
ReplyDeletePadahal Pusentasi, tempat wisata kak Lala. Adem, jernih dan menyegarkan 😀
Deletediameternya 10m bgt ya, g mirip sumur jadinya.
ReplyDeleteItu lah mengapa, Pusentasi disebut sumur raksasa.
DeleteAku langsung berdecak kagum ngeliat tempat itu. Sumur laut? Keren tempatnya. Ngebayangin asik bgt ada disana
ReplyDeletePusentasi itu pusat laut berbentuk sumur raksasa yang airnya terasa asin dan masih dipengaruhi pasang-surut air laut
DeleteAku selalu suka baca tulisannya Mas Taumy, deskripsinya keren sekali dan bikin seakan berada di sana, fotonya pun keren!
ReplyDeleteSemoga suatu saat bisa megunjungi Pusentasi ini.
Aamiin. Terimakasih kak. Keindahan Pusentasi masih menunggu kok
DeleteHow lucky you're! Sepi dan tanpa ngantri, rejeki banget yaa. Nice story ;)
ReplyDeleteIya kak. Jika berkunjung ke Pusentasi pas weekend pasti ramai, makanya kepikiran untuk kesana dihari biasa, dan ternyata serasa milik sendiri.
DeleteSuka cara mas Taumy bercerita.. keren!
ReplyDeleteTerimakasih kak Dewi. Memang Pusentasi nya sudah keren juga kok
DeleteBaca ini jadi keinget sumur jalatunda. Anyway suka tulisan mas Taumy. Detil banget
ReplyDeleteTerimakasih kak Achi, tempat sekeren Pusentasi harus dijabarin dengan baik, agar banyak yang mau berkunjung.
DeleteKeren banget tempatnya. Jernih ya airnya.
ReplyDeletehttps://helloinez.com
Bener sekali kak Inez, air Pusentasi sangat menggoda untuk diselamin
Deletewah kayak seru nih kalau bias kesana... berenang-renang di sumur raksasa.
ReplyDeleteAyo kak. Jika ingin berkunjung ke Pusentasi, berkabar saja.
DeletePenasaran sama ekosistem bawah airnya kak, coba ada fotonya. Huhu
ReplyDeleteKemarin, cuma bawa HP saja, jadi ekosistem bawah air Pusentasi belum sempat terdokumentasikan.
DeleteWah. Salah satu tujuan wisata saya nih. Pertama kali liat di browser IG. Kak Taumy mendeskripsikan sesuatu bisa dengan rangkaian kata yang menarik jadi ikut merasakan perjalanan kakak. Dan ingin segera merasakan hal yang sama.
ReplyDeleteAyo kak, berkunjung ke Pusentasi.
DeleteItu sumur tercantik yang pernah ku lihat (fotonya). Kayaknya adem banget gitu ya berendam di situ. Pemandangannya juga daebak banget.
ReplyDeleteIya kak, bener sekali. Pusentasi, sumur raksasa tercantik saat ini, mungkin sedunia kali ya
DeleteKayaknya enak banget ya renang di situ meskipun aku pastinya nggak berani juga :D
ReplyDeletePastinya kak Nunik. Di Pusentasi ada tangganya kok kak.
DeletePulau Sulawesi memang punya banyak spot cantik yaaaa...
ReplyDeleteDuh pengen banget deh berenang di situ, hihi, tadi sempet mikir kirain sumur buatan manusia, kok serem banget loncat ke dalam sumur. oh ternyata....
Iya, Pusentasi memang salah satu spot yang unik dan cantik di Donggala, Sulawesi Tengah.
DeleteWaaaah, menarik nih kak. Air beningnya bikin jatuh cinta
ReplyDelete