Batubara
sudah sejak lama digunakan sebagai sumber energi untuk pembangkit tenaga
listrik sehingga perlunya ada energi alternatif pengganti batubara. Sejak tahun 2006, pembangkit listrik berbahan bakar batubara memiliki
jumlah yang cukup besar yaitu 37.88 % dibandingkan pembangkit listrik lainnya.
Batubara dimanfaatkan sepenuhnya sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang pada awal operasi menggunakan bahan bakar minyak. Ketersediaan batubara sebagaimana dalam laporan Badan Geologi Kementrian ESDM tahun 2013 menyebutkan bahwa Indonesia memiliki cadangan batu bara 31 milyar ton, dengan pembagian 64 % batubara kalori sedang (5.100 – 6.100 kal/gr) dan 30 % batubara kalori rendah (di bawah 5.100 kal/gr) yang diperkirakan bertahan hingga kurung waktu 150 tahun.
Batubara dimanfaatkan sepenuhnya sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang pada awal operasi menggunakan bahan bakar minyak. Ketersediaan batubara sebagaimana dalam laporan Badan Geologi Kementrian ESDM tahun 2013 menyebutkan bahwa Indonesia memiliki cadangan batu bara 31 milyar ton, dengan pembagian 64 % batubara kalori sedang (5.100 – 6.100 kal/gr) dan 30 % batubara kalori rendah (di bawah 5.100 kal/gr) yang diperkirakan bertahan hingga kurung waktu 150 tahun.
Salah satu area tambang batubara di Sumatra Selatan (Sumber: Gunara M dalam Seminar Nasional Teknoka)
Energi Alternatif Refuse Derived Fuel
Menurut World
Coal Institute permasalahan yang ditimbulkan akibat penggunaan batubara
adalah ketergantungan ketersediaan batubara yang lama kelamaan akan habis
karena bersifat tidak terbaharukan dan menimbulkan pencemaran lingkungan akibat
pelepasan gas buang berbahaya seperti NOx, SOx, CO dan CO2 yang memberikan
kontribusi terbentuknya efek rumah kaca. Akibat permasalahan yang ditimbulkan
batubara, maka perlunya material pengganti batubara, salah satunya adalah refuse derived fuel yang selanjutnya
disingkat RDF.
Penggunaan RDF memiliki keuntungan karena kemudahan
dan ekonomis dalam pembuatan serta hasil pembakarannya sangat ramah lingkungan
jika dibandingkan dengan energi fosil seperti batu bara dan minyak bumi.
Pembuatan RDF dikatakan sangat mudah dan ekonomis karena memanfaatkan
keberadaan sampah dengan jumlah dan kualitas sangat banyak yang diakibatkan
karena pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi dan gaya hidup
masyarakat.
Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan Kota di
Indonesia, menempatkan Surabaya sebagai penghasil sampah tertinggi tahun 2016
yaitu sebanyak 9.710 ton per hari disusul Jakarta sebanyak 7.099 ton per hari. Sampah
ini kemudian diolah untuk menjadi RDF sebagai sumber energi pengganti batubara.
Desain Teknologi Alat Pembuatan RDF
Pada proses pembuatan RDF dari
sampah terdiri atas 4 tahapan utama, yaitu proses pemecahan (crushing), pengeringan (drying), pemisahan dan pemecahan kembali
(sorting and crushing) dan pemadatan
(solidtying). Sampah dari tempat
pembuangan dimasukkan kedalam penampungan sebelum diolah menjadi RDF.
Desain teknologi alat pembuatan RDF
Tahap
pertama adalah proses pemecahan sampah dengan mereduksi ukuran sampah. Menurut
Dumbaugh dalam United States Patent bahwa ukuran RDF sekitar 6
inci dan dapat direduksi lagi sampai ukuran 2 inci. Selanjutnya hasil dari
proses ini dialirkan gas bertekanan tinggi yang bertujuan untuk menghilangkan
kadar air dan menghilangkan bau busuk pada sampah.
Tahap ketiga adalah pemecahan dan pemisahan komponen
yang tidak dapat diolah menjadi RDF. Pemecahan ini bertujuan untuk mereduksi
kembali sampah yang telah dikeringkan dan dipisahkan dari kandungan besi dan
aluminium menggunakan sistem pemisahan magnetik sehingga besi dan aluminium
akan terpisahkan dari proses. Selain itu pada proses ini sampah dicampur CaO
untuk membunuh mikroorganisme pembusuk. Tahap terakhir dari proses pembuatan
RDF adalah dengan memadatkan kembali RDF yang dihasilkan dengan mesin pemadat.
Padatan RDF yang dihasilkan dapat berupa pellet atau briket dengan
densitas tinggi, memiliki tingkat kekuatan yang baik, lebih stabil, homogen dan
tahan lama. Jika diestimasikan, sebanyak 750 ton sampah dapat menghasilkan 120 –
192 ton RDF.
Padatan Refused derived fuel
Potensi RDF sebagai Pengganti Batubara di Indonesia
Pengembangan teknologi RDF di Indonesia sebagai energi alternatif memiliki potensi sangat
besar ke depannya karena memanfaatkan sampah dari rumah masyarakat yang sampai
saat ini sulit teratasi. Kalor yang dihasilkan oleh RDF pun memiliki nilai
kalori sangat baik bila dibandingkan dengan batubara.
Tabel. Perbandingan batubara dan RDF
No
|
Parameter
|
Batubara
|
RDF
|
1
|
Nilai
kalor (kkal/kg)
|
4.000
|
3.500-3.700
|
2
|
Kadar
sulfur (% berat)
|
0.4
|
0.2
– 0.5
|
3
|
Kadar
kelembapan (% berat)
|
39
|
10
|
4
|
Kadar
abu (% berat)
|
4.2
|
1.5
|
(Sumber:
Ganesh & Vignesh dalam Refuse Derived
Fuel to Electricity)
Jika
diasumsikan bahwa sebanyak 100.000 ton sampah yang dihasilkan oleh seluruh kota
besar di Indonesia, maka setiap harinya dapat dihasilkan 25.000 ton RDF yang
akan menggantikan batubara sebagai sumber energi alternatif untuk pembangkit
tenaga listrik. Sehingga kedepan, tidak perlu khawatir terkait ketersediaan
batubara sebagai sumber energi, cukup dengan penggunaan RDF, maka mampu
menjawab permasalahan energi sekaligus mengatasi permasalahan sampah dalam gaya hidup bermasyarakat.
Kalau saya baca, prosesnya cukup rumit ya. Tapi paling tidak, sudah ada energi terbarukan.
ReplyDeleteSaya pernah baca artikel bahwa di salah satu daerah di Sulawesi sana juga mulai dikembangkan energi dengan tenaga surya. Semoga makin banyak terobosan untuk teknologi yang ramah lingkungan.
Iya. Karena berasal dari sampah. Dari minyak bumi saja untuk menjadi BBM prosesnya panjang, apalagi dari sampah kak.
DeleteProses yang sungguh kompleks. Akan tetapi menjanjikan jika terus dikembangkan sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.
ReplyDeleteIya kak Maria. Sama halnya untuk proses produksi BBM dari minyak bumi dimana melewati tahapan Eksplorasi dan produksi untuk memastikan minyak bumi hanya mengandung maksimal 0.5 % air. Baru kemudian dikirim ke refinary untuk di destilasi pada CDU (crude destilation unit) sebelum akhirnya dipisahkan pada HVU (High vacuum unit), HC (Hydro Cracking) dan unit lainnya. Semua prosesnya kompleks.
DeleteApalagi jika yang diolah adalah sampah.
Indonesia memang membutuhkan energi alternatif dan terbarukan, agar tak terus bergantung dengan energi konvensional seperti batu bara 👍🏼
ReplyDeleteIya kak. Bener sekali. Makanya butuh inovasi sekaligus mengatasi masalah lingkungan
Deleteberapa rerata biaya operasional instalasi RDF per ton briket RDF ?
ReplyDeleteEnergi terbarukan SDH banyak berkembang, tapi kalau bumi ini penuh sampah, maka ini adalah seper bencana dan kiamat kecil.
ReplyDeleteSaya sangat apresiasif dg Bung Taumy. Terus lanjutkan pengembangan RDF.
Saya berencana mengembangkan pendidikan SMK jurusan pengolahan sampah di Tangerang.
RDF banyak dibutuhkan Pabrik semen dan pembangkit listrik sebagai pengganti batubara.
Saya sedang mencari mitra untuk mendirikan SMK pengolahan sampah.
Bambang Sudiyono
Pegiat Sosial
Balon Walikota Tangerang Selatan
Bagaimana cara kerja mesin pemadat dari rdf tersebut?
ReplyDelete