Peluh masih menetes dari keningku
sesaat setelah menginjakkan kaki di Dermaga 2. Perjalanan menggunakan sepeda
motor dari simpang Selenrang benar-benar menguras keringat, meskipun hanya 10
menit. Kini, tepat di depan ku, jembatan biru penghubung dermaga dengan kampung
sebelah melengkung sempurna. Langkahku teralihkan ke salah satu bangunan kayu,
disisi kanan. Di belakangnya, mengapung epik warna-warni perahu motor di atas
air sungai yang menghijau. Sungguh kontras dengan birunya langit siang itu.
Ketika berada di rumah kayu, instingku pun cukup sumringah, dugaan awalku,
ketika hari libur tiba, tempat ini akan dipenuhi dengan para pelancong lokal.
Tetapi faktanya, hanya aku sendiri orang asing ditempat ini.
Mengunjungi kampung Berua,
artinya butuh perahu motor untuk akses menuju kesana. Dari dermaga 2 harga sewa
perahu, tertera 200ribu untuk kapasitas 4 orang. Bermodalkan dialek khas suku
Bugis yang ku miliki, akhirnya harga sewa pun bisa turun hampir setengahnya dan
sekarang aku siap menyusuri sungai dengan perahu motor sewaanku.
Dari bawah jembatan, perjalanan
menyusuri sungai dimulai. Pemandangan hutan mangrove dan pohon nipah silih
berganti. Sesekali, perahu motor dari arah berlawanan melintasi. Desingnya menyeruak
riak air disungai, sama seperti perahu motor yang ku tumpangi. Hampir 10 menit
berlalu, pemandangan sepanjang aliran sungai kini semakin menakjubkan. Bukit-bukit
karst menjulang benar-benar terasa semakin dekat, sempurna dengan warna hijau
hitamnya. Hijau karena ditumbuhi pepohonan dan hitam karena tekstur batuannya. Belum
lagi tambahan lekukan pohon nipah di bawahnya yang menyatu dalam satu frame bukit karst. Bahkan di salah satu
sudut rasa takjub semakin memuncak, birunya langit menjadi penyebabnya karena
menimbulkan warna kontras tersendiri sebagai penyempurna panorama yang
disajikan.
Kampung Berua
Cekungan dinding batuan disekitar
aliran sungai menjadi penanda bahwa pintu masuk kampung berua sudah di depan
mata. Tidak banyak perahu motor bersandar siang itu, hanya ada 2 dalam lamat
pengamatanku. Mesin perahu pun dimatikan, dengan lihai perahu diarahkan ke
dermaga kayu sebelum akhirnya tali perahu ditambatkan berdampingan dengan 2
perahu lainnya. Ini lah tujuan utamaku, meskipun perjalanan menuju kampung ini
sudah menyajikan keindahan yang jarang disaksikan di tempat lain.
Ribuan tahun lalu, kampung berua merupakan
danau besar di tengah perbukitan karst. Banyak peninggalan dan bukti arkeolog
yang mendukung hal tersebut. Instingku pun mulai menalar, “jika kampung berua
adalah danau, apakah kota Makassar dahulunya juga kawasan perairan?” karena
melihat dari topografi 2 kawasan yang berdekatan ini. Tetapi kali ini, tujuan
ku bukan untuk membuktikan hal tersebut, biarkanlah para peneliti arkeolog yang
membuktikannya.
Sebagai kampung yang dikelilingi
bukit karst, maka sudah barang tentu akan tampak seperti cekungan. Keindahannya
pun dimulai dari jalan papan yang dibuat oleh warga sekitar. Beberapa
pengunjung sebelumnya menjadikan jalan papan ini sebagai spot foto untuk
diabadikan sebaga kenang-kenangan. Di sisi kiri jalan papan, berderet 3-4 rumah
panggung suku bugis, sedangkan kanannya terbentang petak sawah dan beberapa
petak tanaman perairan yang dibudidayakan. Sepanjang mata memandang, ternyata
rumah panggung yang ada di kampung berua tidak banyak, mungkin kurang dari 10
yang jaraknya terpencar antar satu rumah dengan rumah lainnya. Inilah salah
satu keunikan kampung ini, selain pemandangan bukit karst juga kearifan lokal
yang terjaga.
Jalan papan di kampung berua |
Padang Ammarung
Setelah melewati jalan papan,
akhirnya perjalanan dilanjutkan menyusuri pematang sawah menuju padang
ammarung. Sesekali, kawanan bebek akan menemani perjalanan dari sisi perairan
salah satu petak sawah. Suara kerumunannya sangat jelas terasa. Nuansa ini,
benar-benar terapi pikiran dan hati akan nuansa tenang, asri dan bersahabat. Jauh
dari kata bising dan polusi kota besar.
Landsacpe kampung berua dari padang ammarung |
Ammarung dalam Bahasa lokal
berarti “bunyi”. Nama Padang Ammarung sendiri diambil dari gemuruh air yang
membelah padang ammarung dimusim hujan. Di tempat ini dapat dijumpai padang
batu sisa benteng-benteng geologi yang unik. Susunan bebatuan yang ada dilukis
oleh air dengan mata air yang membelah batuan. Bahkan menurut cerita rakyat,
beberapa tahun silam gemuruh air ini sendiri menerjang dari dalam celah batu
yang membentuk sunga-sungai kecil peninggalan zaman Belanda. Letak padang
Ammarung yang berada diatas bukit, maka dari sini, landscape kampung berua tersaji dengan indahnya.
Situs Pasaung
Puas menikmati Padang Ammarung,
perjalanan pun dilanjutkan ke sisi lain dari kampung Berua yaitu Situs Pasaung.
Dalam Bahasa Makassar, pasaung berarti “menyabung”. Hal ini berdasarkan
pemanfaatan tempat ini pada zaman dahulu sebagai tempat menyabung ayam. Di Kawasan
ini, para jawara-jawara berkumpul untuk menyabung ayam, karena pada zaman itu
menyabung ayam merupakan salah satu simbol kejantanan.
lukisan prasejarah berwarna merah |
Di situs pasaung terdapat
peninggalan prasejarah ribuan tahun lalu dengan lukisan-lukisan pada dinding
gua berusia antara 15.000 – 20.000 tahun silam. Hal ini juga menjadi bukti akan
keberadaan manusia prasejarah dengan segala aktivitasnya. Disitus ini,
peninggalan prasejarah yang dapat ditemukan berupa telapak tangan berwarna
merah. Selain itu, pada salah satu batu di dinding tebing ditemukan bentuk “ukiran”
yang menyerupai kingkong, sehingga tempat ini juga dijuluki “kingkong stone”.
Dinding batuan yang menyerupai Kingkong |
Beberapa peninggalan prasejarah
menjadi salah satu alasan untuk berkunjung ke kampung berua sebagai salah satu
bagian Kawasan Wisata Rammang-Rammang yang sudah terkenal dan juga menjadi wisata bukit kapur
terluas nomor 3 di dunia.
Kampung Berua ini sepertinya masih belum sering terjamah oleh turis local maupun internasional ya, Kak. Pemandangannya masih asri. Kebersihannya pun masih terjaga.
ReplyDeleteIya. Bener2 asri kalau kesana. Lumayan, ada tempat seperti ini dekat bandara Makassar
DeleteWah Kampung Berua emang keindahanya tersembunyi banget sih. Btw, pas aku ke sana penasaran banget sama goa Kingkong yang katanya ada baru mirip mukanya kingkong. Pas dicari kok gak nemu ya sebelah mananya??
ReplyDeleteGoa Kingkong letaknya sejajar dengan Goa Berlian.
DeleteBeberapa tahun lalu, saya sempat mampir ke Kampung Berua (?)saat berkunjung ke Maros waktu eksplore Sulawesi Selatan dan sekitarnya. Karena tanpa guide dan memang ingin menikmati eksplore dengan apa adanya, saya tidak bertanya nama kampung tsb.Saya baru tahu nama dan detailnya dari tulisan Bang Taumy nih. Terimakasih
ReplyDeleteTerimakasih mba Tuty. Luar biasa, sudah berkunjung beberapa tahun yang lalu. Tapi, tetap asri kok sampai sekarang
DeleteSuatu tempat yang tersembunyi memang terkadang bisa memancarkan keindahan yang luar biasa.
ReplyDeleteSaya masih penasaran Rammang-Rammang itu seperti apa, kayaknya terkenal banget ini tempatnya hehehe...
Ayo kak Ris, maen kesini. Dijamin memiliki pengalaman yang berbeda.
DeleteYa Allah... Kampung Berua ini keren amat Kak! Jadi kepengen ke sana nih.
ReplyDeletewww.firdaussoeroto.com
Ayo kak Firdaus. Kata orang, ini mirip Hanoi. Tapi kata saya sih, beda...hahaha
DeleteKampung Berua sungguh keindahan tersembunyi diantara perbukitan karst yang ada.
ReplyDeleteAku pernah baca tentang kawasan wisata Rammang-Rammang di blog seorang emak blooger Makassar. Lalu lebih detil di sini diulas tentang Kampung Berua.
Wah, keren memang ya...Dan itu rumah memang cuma segitu jumlahnya? Salut dnegan kearifan lokal yang dijaga.
Semoga terus lestari termasuk lukisan di dinding gua yang menakjubkan ini
Aamiin. Terimakasih sudah mampir kak Dian. Disana memang rumahnya bisa dihitung jari. Cobalah dibuktikan dengan datang langsung
DeleteKalau itu dulunya danau, jangan2 seluruh ndonesia dulunya air? :)
ReplyDeleteSepertinya, berpeluang begitu.
DeleteBaru dengar Kampung Berua. Menarik banget karena banyaknya situs bersejarahnya. Masuk list nih. ��
ReplyDeleteYes. Ayo, segera dikunjungi agar list nya ter check list
DeleteBaru denger kampung berua, keren bangett yaa jadi pengen kesana
ReplyDeleteIya kak. Ini bagian dari Rammang-Rammang
DeleteSaya yang tinggal beberapa bulan di Makassar bbelum pernah ke tempat bagus ini. Semoga bisa ke kampung barua suatu saat.
ReplyDeleteWaduh. Padahal sangat dekat jaraknya. Semoga disegerakan untuk berkunjung kesini.
DeleteHaduuuh, kampung berua menggoda mata yaaa. Jadi pengen jalan jalan hiks
ReplyDeleteAyo kak Caca ke kampung Berua
DeleteJago! Kekuatan kata yang deskriptif ditunjang gambar yang bikin gagal fokus membuatku serasa berada di Kampung Berua dan Situs Pasaung . Harus banget nih ke sini
ReplyDeleteTerimakasih kak Yun. Ayo, berkunjung ke kampung Berua
DeleteNaik perahu menyusuri sungai dikelilingi pemandangan pepohonan sungai yang hijau..cuma masih bisa lihat dalam film dan my trip may adventure hehehe.. Beruntung banget Mas Taumy bisa jalan-jalan ke Kampung Berua. Tulisan fitur untuk deskripsi alamnya juara iiih.. seluuu..
ReplyDeleteIya mba Dewi. Alhamdulillah bisa berkunjung kesini
Deletewah tempatnya keren ya. baru tahu kalau ada situs pra sejarah di kampung berua
ReplyDeleteAda kak, disekitar goa kingkong
DeleteSelalu seneng baca tulisan Mas Taumy. Apalagi aku belum pernah ke Kampung Berua. Jadi rasanya kayak ikutan berpetualang ke tempat ini.
ReplyDeleteTerimakasih mba Nunik. Semoga suatu saat bisa menyaksikan langsung
DeleteDari foto aja ketahuan ini kayaknya super cakep sih kampung berua ini. Pemandangannya bukit karst dan perairan gitu. Suka ngiri sama yang bisa ke tempat2 yang keren dan masih jarang yang dateng.
ReplyDeleteHahaha. Sabar ya, suatu saat pasti Leni bisa berkunjung ke tempat yg jarang dikunjungi
Deleteasik asik..... maret nanti mau ke sini, gak perlu susah lagi untuk cari info tentang Berua... makasih mas
ReplyDeleteWuih mantab. Selamat menikmati babang kampung Beruanya dibulan Maret
DeleteBaru denger ini nama kampung berua. Cukup menarik, tapi ya ngeri mesti naik perahu kecil. Maklum g bs berenang, takut tenggelam palagi klo ada buaya
ReplyDeleteAman kok. Pengemudinya sudah handal dan airnya cukup tenang. Disana buaya sungainya ga ada.
DeleteKampung Berua, tulisannya menarik sekali. Baru denger juga soalnya. Dan kelihatannya bakal hitz nih, tinggal nunggu waktu aja.
ReplyDeleteTerimakasih kak. Sudah berkunjung
DeleteIndonesia memang unik ya, kalau ga ada uulasan ini mana tahu ada Kampung Berua. Mari viralkan biar makin terkenal Indonesia Kita.
ReplyDeleteDeskripsi nya jelas sekali, mas. Jadi pingin nge-trip kesana.
Terimakasih kakak, sudah mampir. Ayo berkunjung ke kampung Berua
DeletePadang Ammarung rasanya keren banget yah Bang. Kaya sesuatu yang belum terjamah, ramai sama gemercik air. Keren bangeeet
ReplyDeleteYes.Ayo berkunjung ke kampung Berua
DeletePesona alamnya masih terlihat sangat alami. Kampung Berua sebagai keindahan tersembunyi dari balik perbukitan karst ini seperti memanggil-manggil minta untuk dikunjungi. Mau ke sana!
ReplyDeleteAyo, berkunjung ke kampung Berua
DeleteKampung Berua ini mirip ama Ramang-ramang, apakah lokasinya sama?
ReplyDeleteIya kak. Kampung Berua itu berada di Rammang-Rammang
DeleteKampung Berua itu di Provinsi mana sih kak, perasaan saya baca dr awal sampe akhir gak nemu posisi provnya. Seru banget menelusuri sungai dg perahu
ReplyDeleteIni mah keren (banget)!
ReplyDeleteAdem bener liatnya apalagi kalau bisa datang kesana. Bisa belajar sejarah juga di situs Pasaung.
Saya pernah ke Rammag-Rammang, benar2 menakjubkan. Seperti masuk ke dunia lain.
ReplyDeleteSungguh yah ke indahan Indonesia tak kalah dengan negara-negara lain..
ReplyDeletePesona slamanya benar-benar memanjakan mata
waaah aku baru dnger kampung berua ini, indah banget ya pemandangannya <3
ReplyDeleteCita cita bangeng pengen coba ke tempat ini. Pemandangannya indah bgt. Tinggalkan sejarahnya juga menarik.
ReplyDeleteSalam
www.kidalnarsis.com