Matahari belum terlalu terik menyapa jalan beraspal berwarna hitam legit, saat sebuah bis berkapasitas 45 kursi bergerak lambat sebelum akhirnya berhenti tepat di samping kanan gapura berpagar putih. Semua penumpangnya turun dan berbondong-bondong memasuki halaman sebuah bangunan dengan corak hijau putih menghiasi dinding gapura dan beratap merah bata. Mereka benar-benar taat, satu per satu disiplin untuk melepaskan alas kaki yang digunakan. Memasuki selasar bangunan, sebuah lampu gantung menghiasi di langit-langit. Hiasan poster pengingat akan ketaatan terhadap sang pemilik hidup terpampang di sebelah kiri bangunan, rapi dan teratur. Beberapa meter ke depan terdapat pintu masuk di sebelah kiri, memisahkan antara bangunan utama dengan sebuah pendopo yang semua lantainya sudah berkeramik. Kawasan ini dikenal oleh warga sekitaran Jatinegara Kaum sebagai Makam Pangeran Jayakarta yang berdampingan dengan Masjid Jami Assalafiyah. Dari sinilah, perjalanan sejarah tentang 'sang pemilik Jakarta' aku mulai, setelah memarkir kendaraan roda dua.
Pangeran Achmad Djaketra atau lebih dikenal dengan Pangeran Jayakarta dahulu merupakan penguasa kota pelabuhan Jayakarta yang menjabat sebagai wakil Kesultanan Banten. Pada tanggal 30 Mei tahun 1619, Belanda yang dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen berhasil merebut Pelabuhan Jayakarta dan menyebabkan Pangeran Jayakarta berpindah dengan menyusuri hutan jati hingga tiba di Jatinegara Kaum dan mendirikan sebuah masjid bernama Masjid Pangeran Jayakarta. Waktu berlalu dan tahun pun berganti, Masjid Pangeran Jayakarta berganti nama menjadi Masjid Jami Assalafiyah dan pada tahun 1999 makam Pangeran Jayakarta diubah statusnya menjadi Cagar Budaya melalui Perda Khusus Ibukota Jakarta No 9. Di kawasan ini lah jejak ‘sang pemilik Jakarta’ dapat ditelusuri melalui beberapa peninggalannya.
Cagar budaya makam Pangeran Jayakarta
Menyusuri jejak peninggalan ‘sang pemilik Jakarta’ dimulai dari pendopo berukuran 10 x 10 meter. Plang putih besar disisi kiri depan pendopo bertuliskan keseriusan pemerintah daerah untuk melindungi keutuhan cagar budaya terpampang dengan jelas. Di dalam pendopo bisa dijumpai makam Pangeran Jayakarta yang dinaungi pohon besar nan rindang. Posisi makamnya pun berada paling barat dan didampingi 4 deretan makam keluarga lainnya, juga berada di dalam pendopo. Tampak jelas tertulis diatas makam berbatu nisan nama ‘Pangeran Achmad Djaketra’. Sebagai cagar budaya, makam ini menjadi destinasi wisata ziarah bagi setiap wisatawan, baik wisatawan lokal dari Jakarta sendiri maupun luar kota. Mengunjungi ‘sang pemilik Jakarta’ menjadi salah satu hal yang dapat dilakukan ketika berkunjung ke Jatinegara Kaum sebagai bentuk penghormatan dan secara tidak langsung sebagai bentuk meminta izin ketika berkunjung ke Jakarta.
Baca juga: Cagar Budaya, Negeri 1000 Megalitik
Prasasti sepasang tombak dan perisai
Berada disisi kiri Pendopo dengan pohon besar nan rindang menaungi terdapat sebuah batu prasasti. Batu ini dipersembahkan oleh Panglima TNI Djoko Santoso untuk mengenang kisah perjuangan heroik Pangeran Jayakarta. Di atas batu prasasasti terdapat 2 buah tombak dan perisai bertuliskan ‘Jayakarta’. Prasasti ini menjadi refleksi 2 tombak yang pernah digunakan oleh Pangeran Jayakarta dan diberi nama Giring Galih berarti jantan di darat serta Giring Lanang berarti jantan di laut. Kedua tombak tersebut terbuat dari kayu aren dengan panjang sekitar 1 meter. Meskipun sudah tidak diketahui keberadaan dari sepasang tombak asli tersebut tetapi melalui prasasti 2 tombak ini menjadi kesatuan dalam menyusuri jejak peninggalan Pangeran Jayakarta.
Pilar bangunan masjid
Berada saling berdampingan dengan pendopo makam Pangeran Jayakarta terdapat pintu masuk ke area utama masjid. Tidak banyak ornamen kemegahan di dalam masjid, hanya ada beberapa tiang berwarna putih dan warna-warni manik-manik kaca menghiasi setiap jendela dengan motif flora. Meskipun Masjid Jami Assalafiyah sudah mengalami pemugaran dan renovasi berkali-kali tetapi jejak keberadaan bangunan masjid yang dahulu dibangun oleh Pangeran Jayakarta beserta pengikutnya sejak tahun 1620 masih dapat ditemukan. Jejak tersebut berupa 4 pilar tiang utama dari kayu jati pada bagian tengah masjid. Empat pilar tersebut masih sesuai dengan bentuk aslinya. Warna coklat dan guratan tekstur dari kayu jati tampak dengan utuh, meskipun sekarang sudah disanggah dengan tiang beton berwarna putih, saling berimpitan.
Mimbar dakwah
Tidak jauh dari 4 pilar tiang masjid, juga bisa ditemui jejak peninggalan Pangeran Jayakarta lainnya berupa mimbar kayu. Desain mimbar cukup sederhana dengan warna coklat dan tinggi sekitar 1,5 meter, di bawahnya terdapat 2 anak tangga dan bagian penutup atas mimbar berbentuk lekukan gelombang. Keberadaan mimbar sudah ada sejak zaman dahulu bersamaan dengan keberadaan Masjid Jayakarta dan digunakan sebagai tempat berdakwah hingga sekarang. Saat ini, mimbar kayu bisa dilihat langsung diarea utama masjid tepat berdampingan dengan posisi imam masjid bediri ketika memimpin sholat. Adanya mimbar kayu menjadi salah satu jejak keulamaan Pangeran Jayakarta dalam memimpin kaumnya. Mimbar dakwah dari kayu ini menjadi akhir dari penyusuran jejak ‘sang pemilik Jakarta’ dikawasan cagar budaya makam Pangeran Jayakarta.
Mungkin bagi setiap orang, makam adalah tempat persinggahan terakhir yang penuh kesan. Tetapi dengan menyusuri makam 'Sang Pemilik Jakarta' maka alangkah indahnya mulai sekarang sudah menyiapkan jejak baik agar kelak dikenang dengan hal baik pula.
Kembali mengenang sejarah, alhamdulillah masjidnya masih terawat sampai sekarang.
ReplyDeleteBener banget kak yang masih hidup juga ga boleh lupa kemana kita akan kembali, keep down to earth.
Thanks ka buat sharingnya.
Sama2. Terimakasih sudah mampir
DeleteSaya pernah lewat sepintas di makam ini. Lokasinya Dekat rumah Bang Doel di Jatinegara Kaum kan. Pasti waktu itu diajak mampir ke rumah Bang Doel ya, makanya bisa ke makam ini hehehe...
ReplyDeleteHahaha. Bener sekali. Ini pas Kopdar JM jadi terinspirasi nulisnya
DeleteSaya sudah pernah ke sana. Sekedar mampir sholat. Terimakasih Bang Taumy untuk penjelasan detailnya. Termasuk dekat dari rumah saya, mesti ke sana lagi nih saya. Oh ya Bang, apakah ada keturunan pangeran jayakarta yang tinggal di sekitar situs tersebut
ReplyDeleteAda. Bang Doel
DeleteOoh jadi awalnya dari kata Djaketra yah... Dan namanya ada Achmad nya. Sangat islam. Tp selama ini yg dikenal Jayakarta
ReplyDeleteBener sekali. Semoga menambah pengetahuan
DeleteJadi ngebayangin, kl seandainya dulu pas zamannya msh sekolah dimana pelajaran sejarah secara berkala diajak lgsg ke lokasi bersejarah kyk gini, pasti lbh asyik & nempel di ingatan :D
ReplyDeleteThanks infonya
Yes. Bener sekali
DeleteBaca artikel tentang "Sang Pemilik Jakarta" ini kayak nilai gizi buat gua khususnya tentang sejarah. Makasih ya Bang Taumy artikelnya!
ReplyDeleteSama2. Terimakasih sudah mampir
DeleteSaya belum pernah wisata sejarah seperti yang mas Taumy lakukan. Kecuali waktu SD atau kalo ada yg ngajak ke museum hahaha.
ReplyDeleteLayak untuk dicoba kok
DeleteWah Makam Jayakarta jadi sebuah cagar budaya. Menarik sekali crrita sejarahnya. Makasih Bang
ReplyDeleteSama2.
DeleteHabis baca judulnya langsung penasaran fan menebak-nebak siapa gerangan. Ternyata pangeran Jayakarta. Waktu SD suka banget baca cerita-cerita pahlawan dan buku sejarah. Langsung refresh lagi ilmunya.. thanks bang
ReplyDeleteSaya belum pernah ke sini dan baru tahu kalau makam Sang Pemilik Jakarta, Pangeran Jayakarta terletak di Jatinegara Kaum. Alhamdulillah kalau kini sudah dijadikan cagar budaya. Lebih terawat pastinya.
ReplyDeleteWah ini kalo bingung kemana bisa ke sini. Bisa sambil belajar sejarah..
ReplyDeletePernah denger tentang pemakaman Pangeran Djayakarta ini, tapi belum pernah ke sana. Thnaks ulasan lengkapnya, Bang Taumy
ReplyDeleteWah baru tau bang hehe. Jadi tau juga kalo Pangeran Achmad Djaketra atau lebih dikenal dengan Pangeran Jayakarta dahulu merupakan penguasa kota pelabuhan Jayakarta yang menjabat sebagai wakil Kesultanan Banten. Terima kasih infonya yaah bang
ReplyDeleteIh baru tahu Pangeran Jayakarta dimakamkan disini. Mengunjungi makam bukan hanya mendapat pelajaran tentang hari lahir dan akhir, tapi juga tentang sejarah ya.
ReplyDeleteWisata sejarah ini bagus loh, setidaknya jadi mengetahui asal usulnya, seperti Pangeran Jayakarta. Kebetulan, dekat dari rumah jadi bisa mampir wisata religi.
ReplyDeleteAku belum pernah nih ke mesjid ini. Sebelah mana persisnya sih kalau dr arah jatinegara?
ReplyDeleteAku juga belum pernah kesini. Wah, aku baru nama aslinya pangeran jayakarta. Jadi belajar sejarah lagi. Terimakasih infonya.
ReplyDeletelengkap sekali ulasannya kak, sampai ke pembahasan arsitekturnya juga. Menarik :D
ReplyDeleteWaduh ini baru tau saya, untung baca artikel ini jadi pelajaran sejarah saya bertambah.
ReplyDeletePesan di paragraf terakhirnya ngena banget.
ReplyDeleteMasjidnya kelihatan sederhana tapi sejarah yang ada di sana sebenarnya luar biasa karena berkisah tentang berdirinya Kota Jakarta kini.
Haduh.. ke mana saja saya selama ini?
ReplyDeletePadahal ini lokasinya dekat rumah saja di Rawabadung, Mas. Dekat kawasan industri Pulo Gadung.
jatinegara kaum sering saya lewati, tapi tidak ngeh ada makan Pangerang jayakarta ini yang keren sebagai wisata religi. Insya Allah kalau pas ke Jakarta saya ke sini, Mas.
Menarik sekali nih artikelnya dan saya rasa banyak yg belum tau sejarah Jakarta, termasuk saya baru tau nih.
ReplyDeleteAku pernah kesini sekali, awalnya aku gatau, tapi pas tahun 2017 diajak temen yang tur di Jakarta, jadi tahu deh lokasi ini.
ReplyDeleteAku pernah kesini. Nuansanya langsung beda pas masuk kompleks nya
ReplyDeleteKalau menyusuri cagar budaya dan ada masjid nya, enak bisa sekalian solat di sana
ReplyDeletesering denger makam pangeran jayakarta tapi belum pernah kemari. malah lebih sering lewatin jalannya yg dekat kota. wkwkwkwk
ReplyDeleteSelaku org berktp Jakarta aku belum pernah nih ke cagar budsya khas Jakarta ini, hehe. Padahal ternyata menarik juga ya kak. Jadi sarana mengenalkan kota pada anak juga.
ReplyDeleteSepertinya saya tau lokasinya. Bebekali lewat sana. Tetapi, belum pernah masuk ke dalamnya. Menarik juga kalau sesekali mampir ke sana
ReplyDeleteOo nama asli beliau Pangeran Achmad Djaketra, ya mas.
ReplyDeleteBenar mas, mempelajari wisata sejarah yang perlu direnungkan memang itu tadi ... kita perlu menyiapkan jejak baik dalam kehidupan kuta agar kelak kita dikenang dengan hal yang baik pula.
Lokasinya ini berada di Jakarta kan??
ReplyDeleteCuma aku belum pernah wisata religi untuk ziarah kubur ke sini*
Kayaknya aku harus coba jalan ke cagar budaya sambil lihat makam ke pemilik sang jakarta.
ReplyDeleteMenarik, saya baru tahu titik wisata religi yang satu ini. Beruntung kalau suatu waktu saya bisa kesini.
ReplyDeleteSaya baru tau kalau cagar budaya pangeran Jayakarta ini ada dikawasan Jatinegara kirain di area Banten karena kisahnya pernah diasingkan
ReplyDeleteLokasi makam Pangeran Jayakarta adem banget. Pengin juga wisata sejarah ajak anakku ke situ.
ReplyDeleteWah, belum pernah mampir ke sana nih Kak, tapi menarik sekali yah bisa menelusuri perjalanan sejarah seperti itu. Jadi tahu tentang perjuangannya.
ReplyDeleteSekian tahun merantau dan akhirnya bersuamikan Orang Betawi, baru tahu Sejarah ini. Menambah wawasan sekali, makasih ya Mas udah ngulas disini :)
ReplyDeleteSaya baru tahu objek wisata ini. Pertama baca judul tulisan ini, saya kira akan bahas makam mbah siapa itu yang ada di Tanjung Priuk. Ternyata dugaan saya salah hehe..
ReplyDelete