Seketika, tatapan mata mereka benar-benar tertuju pada kami. Heran, terperangah, disertai bunyi langkah sepatu di atas lantai. Beberapa dari mereka, saling berpandangan meskipun dalam posisi “istirahat di tempat”. Kami memang muncul sesaat setelah lonceng sekolah berbunyi.
Pagi yang hangat di kaki pegunungan Verbeek. Sudah sekitar 1 jam berlalu, sejak embun sirna terhapus mentari. Aku dan beberapa rekan lainnya sedang berdiri dihadapan para murid sekolah dasar. Kali ini mereka menggunakan seragam olahraga.
Sudah semenjak kemarin, kami melakukan perjalanan dari kota asal masing-masing untuk menjadi salah satu relawan pendidikan.
Kehadiran kami, memang sontak mencuri pandangan dan perhatian mereka. Mungkin saja karena penampilan yang tidak biasa terlihat dan kami benar-benar memaklumi hal itu.
“Menggunakan coverall tahan api berwarna merah lengkap dengan safety shoes berwarna hitam adalah penampilanku dihadapan mereka, sesuai dengan seragam pekerjaan saat ini”
Lonceng sekolah kali ini kembali berbunyi pertanda masuk ke kelas. Tidak ada yang berbeda untuk proses masuknya, sama seperti sekolah dasar lainnya di kota besar. Berbaris tertib dan satu per satu masuk ke dalam kelas hingga duduk manis menunggu guru untuk memberikan ilmu pengetahuan. Tetapi, kali ini berbeda, kami lah yang akan menggantikan guru mereka dengan mata pelajaran ‘spesial’.
Tanpa menunggu lama di luar setelah siswa terakhir dari barisan masuk ke dalam kelas, aku pun bergegas melangkahkan kaki ke dalam sesuai jadwal pada kelas yang sudah ditentukan.
“Selamat pagi”
“Selamat pagi pak guru” baru kali ini, aku dipanggil pak guru. Padahal seragam yang aku kenakan sama sekali tidak menunjukkan hal itu.
Hari yang spesial dan bertemu dengan waktu terbaik. Aku mulai memperkenalkan diri, bermain, bertanya dan pastinya menginspirasi. Mata pelajarannya memang bukan Matematika, IPA atau pun IPS. Tetapi tentang bagaimana memotivasi para calon pemimpin bangsa yang ada di depan mata melalui inspirasi pekerjaan. Mulai dari bagaimana dahulu proses belajar hingga bekerja dan menggunakan seragam yang aku kenakan.
Umumnya, mereka hanya mengenal profesi guru, polisi dan dokter saja. Tetapi dengan mata pelajaran khusus ini, setidaknya mereka bisa semangat untuk mengejar mimpi masing-masing melalui pendidikan.
Sebagai generasi muda dan peduli dengan pendidikan di Indonesia maka itu lah salah satu hal yang aku lakukan demi memotivasi para siswa untuk tetap sekolah hingga jenjang lebih tinggi dan mendapatkan pekerjaan layak nantinya.
Ketika generasi muda menjadi bagian dalam kemajuan pendidikan di Indonesia.
Kesadaran akan pentingnya pendidikan memang tidak semua dimiliki oleh keluarga di Indonesia. Beberapa daerah terdepan, terpencil dan tertinggal (3T) juga merasakan hal sama. Bagi mereka, pendidikan hanyalah sebuah proses agar bisa membaca, menulis dan menghitung. Setelah itu, bukan lah prioritas.
Memang pendidikan adalah investasi masa depan. Hasilnya juga baru bisa dinikmati 12-19 tahun ke depan. Bagi keluarga yang berasal dari ekonomi rendah, waktu ini terlalu panjang untuk hanya sekadar mendapatkan ijazah kemudian mencari kerja baru berpenghasilan.
Lamanya proses ini, membuat para keluarga ekonomi rendah memilih shortcut yaitu kerja serabutan yang penting berpenghasilan. Mereka tidak menyadari bahwa penghasilan orang berpendidikan akan jauh lebih tinggi dibanding mereka yang kerja serabutan.
“Akhir dari drama klasik tentang pendidikan bagi kalangan ekonomi rendah adalah putus sekolah.”
Kehadiran dan peran generasi muda sebagai relawan pendidikan menjadi salah satu angin segar untuk kemajuan pendidikan di Indonesia. Mereka hadir dan langsung terjun ke daerah 3T. Tujuannya agar bisa memberikan gambaran sekaligus motivasi buat para peserta didik, guru dan lingkungan tempat mereka tinggal, bahwa sejatinya pendidikan adalah bagian penting untuk mengubah derajat keluarga ke arah yang lebih baik.
Bahkan di tengah pandemi seperti ini, lebih dari 1500 relawan pendidikan yang berasal dari mahasiswa terjun langsung. Tugas mereka jelas, membantu para guru yang mengalami kendala dalam proses pembelajaran secara daring. Ditambah lagi dengan perkembangan berbagai aplikasi pembelajaran daring yang dibuat oleh para generasi muda agar setiap anak bisa mudah memahami materi tanpa perlu tatap muka langsung. Jadi sangat jelas, bahwa pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari kehadiran para generasi muda, dari dulu, sekarang hingga nanti.
Maka semangat seperti ini lah yang seharusnya ditanamkan pada setiap lini kehidupan. Begitupun kepada para generasi muda yang nantinya akan menjadi pemimpin.
Jika menjadi pemimpin bidang pendidikan di Indonesia.
Menjadi bagian dari generasi muda, maka sudah pasti memiliki pemikiran visioner dalam segala bidang. Tidak terkecuali di bidang pendidikan. Berbekal pengalaman sebagai relawan pendidikan di berbagai daerah di Indonesia, maka ke depan jika menjadi pemimpin maka berikut hal yang bisa diterapkan sebagai solusi pelaksanaan pendidikan di Indonesia dengan bonus demografi.
1. Penerapan kurikulum bermuatan kearifan lokal.
Pendidikan bukan hanya untuk mereka yang tiggal di kota besar. Banyak daerah terpencil dengan akses terbatas tetapi memiliki semangat tinggi untuk meraih pendidikan. Meskipun kurikulum pendidikan yang ada saat ini sudah mempertimbangkan aspek pengetahuan dan keterampilan tetapi ternyata sebaiknya harus ditunjang pula dengan aspek muatan kearifan lokal.
Sebagai contoh, untuk masyarakat yang tinggal di sekitar area hutan, maka pendidikan yang ada bukan hanya mengandalkan ilmu pengetahuan dasar seperti Matematika, IPA, IPS dan Bahasa tetapi penting dan perlunya akan pendekatan pemahaman keberadaan hutan. Mulai dari bagaimana menjaganya, memanfaatkannya hingga melestarikan hutan.
Dengan begitu, pendidikan bukan hanya untuk pengetahuan dasar saja tetapi bagaimana membaur dengan alam dalam kearifan lokal setempat. Hal yang sama berlaku untuk masyarakat pesisir dengan kearifan kenakeragaman laut.
2. Peningkatan kesejahteraan para tenaga pengajar dan penghapusan sistem honorer.
Menjadi garda terdepan dalam memajukan mutu pendidikan di Indonesia, itu lah fungsi tenaga pengajar. Tetapi terkadang banyak cerita miris dibalik perjuangan mereka. Mulai dari fasilitas sekolah yang kurang memadai hingga kesejahteraan, jauh dari kata ‘cukup’. Padahal tugas mereka cukup berat, memberikan pengetahuan agar kelak berguna dalam kehidupan peserta didik agar bisa memanusiakan manusia.
Peningkatan jaminan kesejahteraan para tenaga pengajar dan penghapusan sistem honorer adalah salah satu ide untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Jika tenaga pengajar sejahtera maka tidak akan ada lagi gangguan internal yang menghalangi proses transfer ilmu pengetahuan.
3. Pembentukan satuan petugas pendidikan dimulai di tingkat RT/RW.
Banyak anak putus sekolah dikarenakan masalah ekonomi dan sosial. Menghadapi kondisi seperti ini terkadang pihak sekolah kesulitan dalam melakukan penanganan dan pertolongan ketika orang tua dari si anak sudah bersikukuh.
Tidak perlu muluk-muluk. Cukup tiga hal tersebut, yang bisa aku lakukan untuk Indonesia dalam bidang pendidikan ketika aku menjadi pemimpin kelak. Karena sejatinya, setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak.
Saya sepakat dengan ulasan Mas Taumy. memang sudah seharusnya pendidikan butuh hal2 baru ya mas.nggaj dari daring aja,tetapi harus lebih lebar lagi
ReplyDeleteSangat setuju sekali dengan uraian di atas tentang pemimpin yang punya visi dalam pendidikan harus memperhatikan kurikulum berdasarkan muatan lokal, peningkatan kesejahteraan dan status guru honorer.
ReplyDeleteSaya nggak ngerti, Mas Taumy, coverall tahan api dan safety shoes itu seragam apa ya? Apakah itu seragam pemadam kebakaran atau apa?
ReplyDeleteMasyaallah tabarokallah semoga para relawan yang berjuang membantu memberikan pendidikan pada anak-anak di pelosok sana mendapatkan pahala dan kekuatan selalu.
ReplyDeletePendidikan memang hak setiap orang ya. Dari lingkungan terkecil dan terdekat dulu kita bisa membantu memudahkan anak-anak belajar.
Setuju banget, sumber daya utama suatu negara adalah SDM yang berpendidikan
ReplyDeleteTerdidik intelegensi, spiritual dan emosinya
Karena SDA akan hancur jika ga punya SDM mumpuni
Ya, pendidikan hak setiap warga negara sebetulnya sudah dijamin Undang-Undang. Hanya tinggal masih banyak yang harus dibenahi. Saya setuju dengan usul-usulnya. Semoga di kemudian hari bisa jadi pemimpin yang peduli pada pendidikan.
ReplyDeleteSetuju dengan penerapan kurikulum berkearifan lokal ..sekarang kurikulum sudah jarang terapkan tarian daerah, lagu daerah, budaya daerah,,bhsa daerah..cobalah ya diadakan lagi jadi siswa ga hanya kenal budaya luar saja
ReplyDeleteUlasan yang menarik dan komprehensif mengenai kondisi pendidikan di Indonesia. Aku setuju dengan pendidikan berbasis kearifan lokal karena Indonesia itu sangat beragam, gak bisa disamaratakan
ReplyDeleteHal yang tak pernah aku tulis dalam tulisanku Mas Alif, materi tentang kearifan lokal dan dari tingkat RT/RW. Wuiih membaca tulisan mas alif, jadi pesimis aku menulis kemarin. KEREN!
ReplyDeletesumber daya manusia adalah aset untuk semua negara, akhlak dan pendidikannya harus bisa dipenuhi secara baik dan tepat
ReplyDeleteFotonya keren, btw Coverall tahan api dan safety shoes itu apa ya? Baru hari ini dengarnya. Semangat terus buat Mas Taumy :D
ReplyDeleteSetuju banget, Mas. Pendidikan adalah hak warga negara. Saya juga setuju dengan kurikulum kearifan lokal. supaya budaya sendiri gak punah
ReplyDeleteYes, saya setuju mas. Ga bisa disamaratakan jenis pendidikan yang diterima, harus sesuai dengan kondisi terdekat agar ilmu yg didapat jelas bermanfaat.
ReplyDeleteLingkungan juga mempengaruhi ya, dari perangkat desa juga ada solusi agar pendidikan generasi muda berkembang. Kalau di tempat saya baru sekadar mematikan TV setelah magrib
ReplyDeleteProgram yang bagus ini. Seperti kelas inspirasi ya ini. Agar anak-anak dapat wawasan dan mengenal aneka profesi. Salut dengan relawan yang mau terlibat di dalamnya
ReplyDeleteseperti diamanat undang undang, pendidikan hak semua orang dan memang pemerintah harus menyediakan segala aspek yang digunakan untuk proses belajar mengajar karena SDM adalah aset masa depan
ReplyDeleteHarapan Mas Taumy untuk dunia pendidikan terutama dimulai dari tingkat RT/RW daku dukung banget, agar lingkungan tempat tinggal juga mendukung kemajuan pendidikan
ReplyDeleteMasalah pendidikan ini memang semestinya mendapatkan perhatian yang besar karena menyangkut masa depan bangsa kita. Sayangnya memang di negara kita belum mendapatkan porsi yang besar nih tentang pendidikan ini...
ReplyDeleteJadi inget sama novelnya Andrea hirata. Soal pendidikan di Indonesia kadang jadi miris bangettt kalau lihat adek2 yang buat bayar spp aja harus ikutan jualan ayah ibunya. Bahkan ada yg harus jadi kuli bangunan di sore sampai malam.hikss
ReplyDeleteTenaga honorer yang berkualitas bagus diangkat jadi guru tetap. Guru tetap (ASN) yang kinerjanya jelek, dikasih sanksi tegas. Masih kesel nih kalo inget guru anakku dulu yang ngajarnya males banget. Semua tugas dikasih ke guru honorer.
ReplyDeleteBener sih kalau banyak2 yang si plan, ntar ntah kemana mana implementasinya. Mending simple tapi ngena ya kayak thinking nya anak millenials zaman now.
ReplyDeleteKrn pendidikan juga bisa didapat dari mana saja ya Mas :)
Programnya bagus sekali mas. Saya setuju pendidikan dengan kearifan lokal karena di indonesia ini sangat beragam. Oh iya, seragamnya itu seperti seragam pemadam kebakaran ya.
ReplyDeleteAdakalanya putus sekolah bukan hanya karena dana, tapi pemahaman orangtua tentang pentingnya sekolah. Di sekitar rumah orangtua saya, bapak ibunya kaya bahkan sudah haji-hajjah, tapi anaknya lulus SD saja. sedih rasanya
ReplyDeleteKeren mas, dirimu jadi volunteer untuk membantu mengajar? Jujur aku sih berharap banget klo banyak anak muda yang concern sama pendidikan bisa membawa perubahan di dunia pendidikan
ReplyDeleteSemoga cita-cita mulianya kesampaian ya Mas... Indonesia butuh banyak orang yang mau berkorban dan mengabdi untuk kepentingan rakyat banyak ..
ReplyDeletemasyaAllah mulia banget. semoga semua bukan sekadar pengandaian ya mas, semoga bisa mengaplikasikan segala cita2nya demi pendidikan lebih baik semangat
ReplyDeleteSaya suka nih dengan konsepnya mas taumy yg pendidikan lokal dan mengikutsertakan perangkat rt rw. Selama ini rasanya perangkat rt rw memang kurang begitu dilibatkan ya dlm pendidikan plg saat tujuh belasan aja
ReplyDeleteSalut dengan para relawan yang mau terjun langsung ke masyarakat. Membantu anak-anak belajar dan mendapatkan hak pendidikan yang baik.
ReplyDeleteSehat selalu untuk para relawan
Alhamdulillah masih banyak yg peduli dengan pendidikan di negeri tercinta
ReplyDeleteMembantu secara langsung untuk mengajar adik-adik yg masih sulit untuk bersekolah...
Semoga kegiatan seperti ini terus ada...dan tentunya pendidikan harus maju dan berkembang
Masya Allah ternyta memang belum semua orang mendapatkan pendidikan yg layak ya. Kadang lingkungan memang mempengaruhi untuk mendukung anak-anak terus semangat sekolah ;) luar biasa nih kegiatannya
ReplyDeleteAku dukung mas. Aku dukung mas Taumy jadi pemimpin bangsa ini, untuk kemudian memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Agar kualitas pendidikan jadi lebih baik, kesejahteraan tenaga pendidik pun terjamin...
ReplyDeleteSetuju banget. Semoga pendidikan Indonesia makin maju dan melahirkan generasi muda yang gemilang ya
ReplyDeletesetuju banget sama tulisan ini. Semoga pendidikan di Indonesia semakin merata dan kegiatan seperti ini dapat terus berjalan dikemudian hari. Semangat untuk semua relawan..
ReplyDeletePendidikan itu memang penting banget buat membasmi kebodohan, banyak juga ternyata daerah pelosok yg kekurangan guru. semoga bisa jd guru beneran gk cuma relawan kak.
ReplyDelete