Adakah yang lebih menyedihkan dibanding kehilangan ketika pandemi? Entah itu kehilangan orang yang disayang, kehilangan pekerjaan hingga kehilangan kesempatan untuk mewujudkan semua mimpi-mimpi yang belum tercapai.
Pandemi memang mengajarkan banyak hal. Bersahabat dengan kenyataan dan berdamai dengan kondisi. Tetapi bukan berarti hanya berdiam meratapi nasib.
Jauh sebelum pandemi menghampiri, alhamdulillah diberi kesempatan untuk mengikuti workshop kepenulisan. Dari situlah semangat untuk membuat bisnis berdasarkan hasil workshop mulai muncul.
Berbekal dengan kemampuan dasar yaitu kemampuan menulis cerita hingga membangun relasi adalah bagian dari perjalanan menuju Writerpreneur. Iya, Writerpreneur. Kalian tidak salah baca.
Konsep Writerpreneur sendiri merupakan suatu konsep bisnis dengan mengandalkan kemampuan menulis untuk menghasilkan produk yang layak untuk dijual. Produk tersebut harus didesain sedemikian rupa mulai dari pra produksi hingga pasca produksi. Semuanya dihandling sendiri.
Alhamdulillah, akhirnya dengan konsep Writerpreneur mulai mencoba kolaborasi untuk menghasilkan sebuah novel yang berjudul Episode Kita. Novel ini digarap kurang dari tiga bulan. Mulai dari penulisan, proof editing, memilih penerbit hingga teknik pemasaran.
Terus belajar dan berani melangkah
Kata orang, “pengalaman adalah guru terbaik”. Tetapi memulai hal baru seperti menjadi Writerpreneur bukanlah hal gampang. Belum ada pengalaman sebelumnya, hanya mengandalkan kemampuan menulis dan kemampuan mencari referensi secara online maupun secara langsung pada ahlinya.
Sebagai pemula, belajar terus dan berani melangkah adalah hal penting. Agar bisa mengetahui batas kemampuan. Bagiku berani melangkah jauh lebih baik dibanding harus diam tidak produktif.
Bahkan ketika pandemi melanda, melakukan perubahan dan menyesuaikan teknik promosi dan penjualan adalah hal wajib. Semuanya bisa dipelajari secara online. Banyak materi bertebaran, tinggal dipilih dan dipilah sesuai kebutuhan. Meskipun harus trial and error terlebih dahulu dengan batasan hasil yang terukur.
Pandemi Membuat Momentum itu Hilang
Berbeda dengan produk seperti makanan dan minuman yang menjadi kebutuhan pokok. Novel Episode Kita hadir sebagai produk Writerpreneur yang menyajikan kisah inspiratif akan perjuangan meraih mimpi dan pendidikan layak dengan pangsa pasar orang-orang tertentu. Orang tersebut adalah mereka yang gemar membaca dan menambah wawasan untuk mengambil manfaat dari bacaanya.
Meskipun pangsa pasarnya tidak sebanyak produk makanan dan minuman, tetapi saya percaya bahwa setiap novel akan menemukan takdirnya sendiri. Cepat atau lambat akan sampai ke pembacanya.
Setelah proses cetak selesai, kehadiran Indonesia International Book Fair menjadi salah satu momentum promosi yang tepat. Mulai dari mengenalkan novel dan cerita yang diangkat hingga mencari relasi untuk proses promosi yang lebih luas lagi.
Benar saja, setelah ajang ini, novel Episode Kita hadir dalam pitching forum aplikasi nonton online, VIU. Bahkan disaat presentasi ketika pitching, novel Episode Kita menunjukkan tajinya sebagai novel filmis dan menjadi salah satu kandidat VIU Original.
Tetapi, semuanya berakhir tanpa kejelasan saat pandemi melanda. Kehilangan momentum spesial terjadi. Semua industri film, satu per satu tidak berkutik. Bioskop tidak lagi beroperasi. Tidak ada proses produksi film baru. Dalam sekejap, pandemi benar-benar menghantam semuanya. Terpukul, terjatuh dan terpuruk. Begitupun dengan hasil VIU pitching forum yang menghilang begitu saja.
Dari Offline menjadi Online.
Kehadiran pandemi benar-benar merubah cara kerja hampir banyak orang, tidak terkecuali para Writerpreneur. Jika dahulu, teknik promosi mengandalkan kegiatan offline seperti bedah buku dan book fair. Tetapi kini, promosi mengandalkan media online.
Penggunaan media sosial menjadi salah satu amunisi dalam proses penjualan buku. Bahkan status WhatsApp sebagai layanan tambahan aplikasi WA juga bisa menjadi salah satu media promosi online. Tidak hanya sebatas itu, buku ini juga dijual secara online pada website.
Website penjualan online Novel Episode Kita
Benar. Semuanya memang berubah, tetapi bukan berarti harus menyerah dengan kondisi. Melakukan penjualan secara online bukanlah hal baru tetapi butuh teknik dan penyesuaian yang baru dalam menjalankannya. Apalagi produknya adalah novel.
Pendekatan personal, menjalin banyak relasi dan komunitas terkait secara online hingga kontrol intensitas promosi di media sosial merupakan beberapa cara yang dilakukan saat ini kala pandemi.
Dibalik Penjualan Online Novel Episode Kita.
“Bang, pesan buku nya 5 ya. Tetapi alamat pengirimannya berbeda-beda bisa kan? Sekalian ditotalkan ongkirnya dengan 5 alamat berbeda”
“Siap. Segera diproses”
Menjual buku secara online memang transaksinya langsung dihandling, hanya cukup beberapa percakapan untuk proses deal dan transfer.
Sebelum dilakukan packaging dan pengiriman maka pendataan pembeli dan alamat pengiriman sangat penting untuk dilakukan. Semua data pembeli yang masuk dari pagi hingga pukul 17.00 dimasukkan dalam file excel.
File Excel ini kemudian menjadi data base untuk proses print alamat tujuan. Nah, untuk proses print alamat ini biasanya mengandalkan toko fotocopy dan printer yang ada di jalan protokol dekat kompleks tempat tinggal saat ini. Tetapi karena pandemi, sering tutup lebih awal sekitar pukul 7 malam. Padahal di jam tersebut terkadang baru selesai aktivitas dan pengolahan data di excel untuk proses pengiriman.
Akhirnya, coba searching di internet printer multifungsi yang sesuai kebutuhan saat ini. Bukan hanya untuk kebutuhan print alamat pengiriman saja, tetapi juga dibutuhkan untuk print poster promosi berwarna ke depan agar bisa dikirimkan langsung ke sekolah-sekolah tempat rekan sejawat mengajar.
Ketemu lah dengan printer HP Deskjet Series 2337. Ketika baca detailnya, langsung click sesuai spesifikasi dan harganya. Kemampuan printer ini sudah cukup mumpuni untuk kebutuhan print, copy dan scan dengan harga di bawah 1 juta.
Spesifikasi Printer HP Deskjet Series 2337 |
Apalagi kecepatan printnya sudah cukup baik yaitu 7.5 ppm (untuk warna hitam) dan 5.5 ppm (untuk print berwarna), jadi bisa digunakan untuk print poster berwarna untuk tujuan promosi ke depannya.
Selain itu pula, printer HP Deskjet Series 2337 sangat mudah untuk operasional dan proses setting. Bahkan bisa menggunakan smartphone, jadi sangat membantu ketika file yang ingin di print ada di smartphone pribadi. Tidak perlu lagi menyalakan desktop terlebih dahulu. Cukup via smartphone yang sudah terinstall aplikasi HP Smart. Simpel dan hemat waktu.
Saya berharap dengan printer HP Deskjet ini tidak ada lagi halangan menjadi Writerpreneur di tengah pandemi bahkan menjadi pemicu untuk menulis novel lagi. Pastinya pandemi masih tetap mengandalkan proses jualan secara online pula.
Keren banget printer HP ini, udah lama sekali ya saya gak punya printer di rumah. Dengan adanya printer kita jadi mudah untuk mengeprint dokumen sepuasnya dan menghemat uang untuk ke tempat fotokopian
ReplyDeletePrinter HP memang is the best !!
ReplyDeleteluar biasa nih kisahnya, tapi harga untuk satu printer HP Deskjet Series 2337 ini dibandrol brp gan?
ReplyDeleteseru ya menjadi writerpreneur jaman now, banyak sekali profesi yang bisa kita ekplor, makanya butuh printer untuk dukungan profesional untuk kelancaran bisnis kita
ReplyDeleteMemang tidak mudah ya di masa pandemi seperti ini, tapi harus tetap optimis dan yakin bahwa bisa melalui ini, jadi semangat menjadi Writerpreneur kak
ReplyDeletedunia digital membuat kita harus beradaptasi ya?
ReplyDeleteJika nggak mau berubah, ya bakal ketinggalan jauh
Beruntung printer HP memahami kebutuhan tsb dan menyelaraskannya
Sejak pandemi, kita kayak memasuki dunia baru ya. Banyak hal yang dipaksa beralih ke serba digital. Dan sebagai manusia yang tidak ingin tertinggal, mau nggak mau kita harus bisa beradaptasi. Semangat terus untuk menjadi WriterPreneur ya!
ReplyDeleteMasya Allah keren sekali Mas Taumy. Semoga laris manis terus penjualan novel Episode Kita-nya ya Mas. Semoga lekas ada kejelasan dari pitching Viu Original.
ReplyDeletePrinter HP Deskjet memang andalan. Rasanya sepanjang bekerja dari rumah, perlu juga punya printer ya.
Terima kasih rekomendasi printernya keren nih buat bantu kita mempermudah pekerjaan.
ReplyDeleteSemoga novelnya juga makin laris manis dan segera tampil di Viu
Keren euy. Siap nonton dan mengulas kalau jadi dialihmediumkan oleh Viu atau pun layanan streaming lainnya.
ReplyDeleteAku jadi naksir banget nih sama printer Hp, soalnya emang lagi butuh printer di rumah untuk cetak aktivitas bocah
ReplyDeleteWiihh keren euy semoga novelnya sukses dan bisa segera tayang di Viu yaa mbaa.. Trus printer itu enak jg kalau di rumah punya, jd kegiatan jualan, dan sekolahan jg aman
ReplyDeleteAhh, memang bener adanya kalo pandemi justru mengajarkan kita untuk selalu kreatif ya, sukses untuk novelnya yaa. Menjadi writerpreneur dengan terus berkaryaa dan didukung dengan printer hp yang okee , makin smangat yaa.
ReplyDeleteI see! Penulis dengan printer itu tidak terlepas ya mas. Apalagi printer HP ini bisa print dokumen dengan seluler saja.
ReplyDeletewah printer HP ini sama kaya di rumah, memang ini printer hemat dan gesit deh. apalagi merk HP ini sudah jelas ya kualitasnya
ReplyDeletePrinternya ini kece banget loh. Jadi semakin memudahkan kalau punya usaha punya printer ya
ReplyDeletewriterpreneur jadi lahan menarik juga ya mas, semoga hasil karya novelnya ada kabar kejelasan novelnya dari viu ini ya mas. sementara jualan bukunya online, jadi bisa fokus yang lain juga yaaa..
ReplyDeletePrinternya multifungsi dan keren ya kak membantu banget untuk menjadi writerpreuneur semoga sukses ya kak
ReplyDeleteSaya masih menjajaki writerpreneur di blog dan sosmed belum ke platform lain.
ReplyDeleteHP memang andal ya :)
Wah printer keren dengan harga di bawah 1 juta, keren banget nih. Btw semoga sukses dengan penjualan bukunya ya mas. Saya suka dengan quotenya "Saya percaya bahwa setiap novel akan menemukan takdirnya sendiri".. dalem dan ngena.
ReplyDeletebahasa dan ceritanya luar biasa bg , saat membaca nya kita seperti berada dlm situasi nyata yang terjadi dalam cerita eposide kita ,"saya merasakan setiap cerita di novel ada ruh yang membuat kita merasakan moment yang sama dengan figur yang berada dalam buku"
ReplyDelete