“Laut Saja Bisa Tenang. Kenapa Kamu Tidak?”
Yah, begitu lah quote pembuka dari novel ini. Novel yang diangkat berdasarkan kisah nyata ini benar-benar membius dan melekat langsung di ingatan. Beberapa plot cerita yang menggambarkan scene kejadian langsung teringat dengan nyata. Bahasa lugas yang dipilih diselingi dengan diksi-diksi menawan khas Kirana Kejora menjadikan setiap kata demi kata, kalimat demi kalimat terangkai menjadi kesatuan utuh penuh makna. Sebut saja dengan kejadian memilukan yang menimpa KRI Nanggala -402 semua dijabarkan dengan detail. Semuanya terjabarkan, kita semua bakal terbawa akan suasana memilukan itu, pahlawan negara gugur dalam tugas.
Hiruk pikuk dunia media sosial yang menjadi ciri khas generasi milenial dalam menanggapi kejadian memilukan KRI Nanggala-402 juga terjabarkan dengan apik. Sontak setiap membaca lembar demi lembar nya, langsung terbawa ke gaya hidup kita saat ini. Bahkan, akun-akun Instagram di dalamnya begitu real, termasuk mention akun Instagram saya sendiri, @taumy,alif.
Bukan Kirana Kejora namanya, jika novel epik seperti ini tidak membius para pembacanya. Mengangkat cerita perjalanan ketika berkunjung ke Morotai dengan balutan permasalahan masa kini yang pastinya dibumbui dengan kisah cinta. Adalah, Rindu sosok perempuan selaku tokoh utama dalam novel ini. Rindu adalah seorang penulis idealis yang punya latar belakang ilmu kelautan. Kemampuan dan pekerjaan dimiliki oleh rindu, bukan serta merta membuat rindu bakal terbebas dari masalah pribadi. Malah, ternyata Rindu memiliki kisah cinta yang complicated, sering ditinggal oleh kekasihnya baik ditinggal dalam diam sampai ditinggal karena kekasihnya dipanggil oleh sang pemilik hidup. Ngenes, nelangsa.
Tetapi ternyata Rindu bukan lah sosok yang lemah, meskipun memang karakter wanita yang sulit untuk move on terjabarkan dengan baik di beberapa bagian tulisan. Tetapi semangat Rindu untuk tetap kerja apa adanya, memulai kehidupan baru hingga akhirnya menjalin hubungan baru. Pemilihan alur cerita yang pastinya mudah untuk diikuti menempatkan novel ini betah untuk dibawa dan dibaca setiap saat.
Menurut saya pribadi, berikut beberapa review terkait hal menarik mengapa novel ini layak untuk dikoleksi dan bahkan bisa menjadi kado literasi buat rekan dan keluarga kita.
Novel berdasarkan kisah nyata yang tidak membosankan
Seperti yang saya sampaikan ketika membuka review ini, kalau novel Renjana Biru di Morotai ditulis oleh penulis Kirana Kejora berdasarkan kisah nyata. Iya, kisah nyata. Biasanya sih, kalau novel berdasarkan kisah nyata pastinya bakal kurang greget ya apalagi kalau tema nya tidak dekat dengan kita. Hal ini sangat berbeda loh. Membaca novel ini, malah kita langsung bisa merasakan dengan detail kembali kejadian yang memilukan seperti KRI Nanggala-402.
Bahkan penulis sangat detail meracik setiap kejadian tersebut. Bukan hanya menjabarkan fakta tetapi juga memperhatikan kemudahan pembaca dalam memahami fakta tersebut. Beberapa tempat dan kejadian, detailnya juga benar-benar diperhatikan. Mungkin jika kita membawa novel ini dan langsung mengecek tempat kejadian, bisa jadi setiap sudutnya masih sama. Sangat menarik.
Karakter tokoh dekat dengan kehidupan kita
Urusan tokoh, memang terkadang gampang-gampang susah. Apalagi jika ini mengangkat kisah nyata. Awalnya sih, sebelum membaca saya menebak bahwa tokoh Rindu ini adalah karakter wanita karir yang suka liburan. Tetapi saya salah, sang penulis benar-benar mengangkat tokoh Rindu identik dengan wanita yang menggantungkan hidupnya melalui tulisan yang dibuat alias penulis.
Jika saat ini, kita banyak mengetahui tentang bagaimana seorang content writer, copywriter dan penulis novel menghasilkan suatu karya. Maka di novel ini, semua hal itu bisa ditemukan. Secara lugas, bagaimana seorang Rindu selaku penulis novel melakukan kebiasaan baik dalam memasarkan hasil karyanya sendiri. Layak untuk dicontoh melalui karakter tokoh Rindu.
Nah, ada satu hal yang menggelitik terkait karakter Rindu ini, adalah nyeleneh, ceroboh dan sok tahu. Mungkin karakter seperti ini sering banget ya kita temui dalam kehidupan sehari-hari, apalagi jika bertemu seseorang.
Selain tokoh utama Rindu, ada juga Sya sebagai pria arsitek mapan dari luar negeri. Pertemuan mereka berdua di salah satu bookstore jadul menjadi awal cerita menarik. Kala itu, Rindu bergegas mengambil sebuah buku dan entah mengapa secara bersamaan Sya juga mengambil buku tersebut.
Meskipun ini adalah novel tetapi adegan tersebut layaknya sebuah scene film yang terpampang dengan jelas. Endingnya bisa ditebak, pastinya Sya bakal mengalah dan memberikan buku tersebut ke Rindu. Tetapi karakter ceroboh dari Rindu malah yang lebih kuat. Ketika hendak membayar buku, ternyata Rindu tidak memiliki uang cash, kebayang banget kan ya. Sudah dikasih bukunya, pas mau bayar eh tidak punya duit karena kelupaan.
Dari sinilah awal Rindu mengenal Sya, karena buku tersebut akhirnya dibayar oleh Sya dan Rindu bakal berjanji untuk transfer balik uangnya.
Alur cerita yang mudah dipahami
Pernah ga sih baca novel, ketika baca sambil mengernyitkan kening? Atau malah pas baca harus pelan-pelan dan bolak-balik dari lembar belakang kembali lagi ke lembaran awal. Nah, kesulitan memahami novel seperti itu tidak terjadi kok.
Novel Renjana Biru di Morotai memiliki alur cerita yang sangat mudah dipahami. Bahkan nih ya, ketika membaca, terus kita terdistraksi dengan kondisi lingkungan. Tenang saja ketika membaca kembali setelah mengalami distraksi, semuanya langsung terhubung. Ini semua karena alur ceritanya yang memang sangat mudah dipahami.
Berawal dari kandasnya kisah cinta Rindu, kemudian memendam rasa yang lama tak kunjung membaik, hingga sulitnya proses move on. Semuanya dijabarkan dengan settingan cerita menarik, jelas dan pastinya terasa dekat dengan kita.
Bertabur quote penuh makna
Quote dalam sebuah novel layaknya garam dalam sayuran. Atau bahkan bisa menjadi pemantik sekaligus pengingat buat siapapun yang membacanya. Begitupun dengan novel ini. Quote yang disajikan begitu beragam mulai dari masalah percintaan, alam, penyemangat hingga muhasabah diri.
“Alarm yang deringnya sangat menyakitkan dan sulit dimatikan itu bernama rindu. Dan rinduku adalah rindu padamu yang mencintai laut tanpa rasa takut. Terus berlanjut”.
“Saya adalah gelap yang dikelilingi banyak matahari di Morotai”.
“Cinta tak akan lekang termakan panas, tak akan lapuk termakan hujan, namun akan hancur luluh karena terkikisnya kepercayaan. If you love somebody, set them free”.
Penjabaran Morotai dengan epik
Apa yang pertama kali terlintas ketika mendengar kata Morotai? Pulau dan lautnya atau berbagai museumnya. Bisa jadi memang kedua-duanya. Dalam novel ini, kita bisa mengetahui bahwa Morotai adalah pulau paling utara di Indonesia. Begitupun dengan nama Morotai yang berasal dari kata morotia yang artinya tempat tinggal orang-orang moro. Suku Moro ini adalah manusia misterius yang tak kasat mata tetapi memiliki kebudayaan sebagai manusia biasa.
Penggambaran sejarah, destinasi hingga cafe-cafe yang ada di Morotai begitu jelas dan nyata. Penyampaian itinerary terhadap destinasi wisata juga sangat memukau, simpel dan sarat akan informasi.
Bahkan buat mereka yang belum pernah ke Morotai ketika membaca novel ini, bisa langsung membayangkan betapa banyaknya destinasi wisata di Morotai. Betapa sarat nya nilai sejarah yang terkandung di setiap tempat dan museum. Hingga daya tarik pantai dan divingnya. Asli. Kalian pastinya bakal jatuh cinta dengan Morotai.
“Morotai bukan sejarah masa lalu, tapi juga pendulang sejarah peradaban masa depan”
Selalu saja ada kejutan
Bukan Kirana Kejora namanya, jika novel yang ditulis tidak menyiapkan kejutan di setiap bab nya. Sama seperti Novel Yorick yang ditulis dengan begitu mendalam, begitupun dengan novel ini. Mulai dari pertemuan Rindu dengan Sya yang secara tidak sengaja tersebut menimbulkan ke kepo-an Rindu untuk mengetahui siapa Sya sebenarnya. Sampai terungkap kalau Sya merupakan arsitek golongan elit yang tinggal di Singapura.
Ditambah lagi kecerobohan Rindu yang salah mengirimkan pesan ke Sya terkait rencana perjalanan ke Morotai yang secara tidak langsung, Sya juga berkunjung ke Morotai untuk project water arsitektur. Kebayang kan ya, orang elit seperti Sya bertemu dan liburan bersama dengan Rindu yang nyeleneh dan ceroboh. Hingga kejutan masalah urusan hati dan perasaan.
Rindu yang ditinggal pergi oleh kekasihnya bernama Biru dan kini bertemu dengan pria sempurna bernama Sya. Bahkan melakukan liburan secara tidak sengaja secara bersama di Morotai. Bertukar pengalaman dan informasi, hingga Rindu memiliki ketertarikan terhadap Sya.
Tetapi semuanya berkelindan, pada satu malam di Paix cafe, saat Sya ingin memperkenalkan partner sekaligus dive master rekan terbaik Sya dan ternyata orang tersebut adalah Biru. Kekasih Rindu yang sudah lama menghilang tanpa kabar. Mereka pernah berpisah dengan sepucuk surat di Raja Ampat. Sebuah kejutan yang luar biasa.
Nah, buat kalian yang ingin mengetahui bagaimana kelanjutan kisah Rindu, Sya dan Biru sekaligus menikmati keindahan Morotai maka sebaiknya miliki langsung novel Renjana Biru di Morotai ini.
Oh iya, satu lagi. Untuk setiap pembelian novel ini, maka kita sudah turut berpartisipasi dalam penanaman satu pohon mangrove di pesisir pantai Indonesia. Salam literasi.
Terima kasih apresiasinya, telah ikut menyelam ke Mototai
ReplyDeleteSama2 mba Kirana, sukses selalu dengan karyanya.
Delete