“Tak ada yang ingin bencana. Tapi malam itu, 25 Agustus 2012 banjir bandang datang tiba-tiba. Menghanyutkan setiap apa yang dilewatinya. Rumah, jembatan, hingga menimbulkan korban jiwa”
Itu adalah sekelumit kejadian yang menimpa Parigi tahun 2012. Kala hujan turun dengan deras dan intens, ternyata membawa malapetaka. Jembatan penghubung di Dolago yang menjadi sentra trans Sulawesi lumpuh.
Belum lagi, bagi warga yang tinggal di sekitar daerah aliran sungai (DAS). Mereka kehilangan. Mulai dari harta benda hingga nyawa. Padahal bisa jadi, mereka tidak tahu penyebabnya mengapa banjir bandang tiba-tiba datang. Alam menjadi ganas, menyapu semua yang dilewatinya.
Di akhir bencana, selain ratapan dan kesedihan tersisa puing-puing rumah yang terendam lumpur. Parah dan mirisnya lagi, ternyata ratusan bongkahan pohon besar dengan akar-akarnya ikut terbawa. Bukan hanya itu saja, batang pohon yang sudah terpotong dengan rapi ikut tercecer. Dan bisa dipastikan bongkahan pohon dan batangnya ini berasal dari hutan terdekat. Iya, hutan. Kalian tidak salah baca.
Tumpukan potongan kayu pasca banjir bandang Dolago tahun 2012 (sumber gambar: republika.com) |
Sebuah Peringatan
Meskipun kejadian banjir bandang Dolago sudah 10 tahun berlalu, tetapi kita semua diingatkan bagaimana alam bisa berubah dari pemberi keberkahan menjadi ganas seganas-ganasnya. Bukan hal yang baru, jika kita hidup berdampingan dengan alam. Sehingga alam sudah menjadi sahabat sekaligus sumber penghidupan kita. Seperti salah satu bait lirik lagu Dengar Alam Bernyanyi.
“Bila kau jaga aku”
“Kujaga kau kembali”
“Berhentilah mengeluh”
Ingat, kau yang pegang kendali”
“Kau yang mampu obati”
“Sudikah kau kembali?”
Tetapi kehadiran bencana layaknya musibah tanpa alarm. Datang tiba-tiba dan tidak pandang bulu. Siapapun bisa menjadi korbannya. Alam mengamuk, seakan-akan berkata:
“kalian tidak menjagaku dengan bijak. Masih banyak yang serakah dan hanya memikirkan keuntungan…keuntungan…dari apa yang kami simpan dan tumbuhkan”
Bencana demi bencana pun muncul. Banjir bandang dan tanah longsor contohnya. Bencana ini sering muncul kala musim hujan. Padahal jika dipikir, kita memiliki hutan yang luas untuk menjaga bumi tetap stabil. Tetapi faktanya, bencana tersebut masih terjadi. Apa yang salah dengan kekayaan hutan yang kita miliki?
Kehadiran Hutan dan Ancamannya
“Rafflesia Arnoldi” sudah sekitar 29 tahun lamanya, bunga ini menjadi ikon bunga nasional Indonesia sejak ditetapkan Keppres Nomor 4 Tahun 1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional oleh Presiden Soeharto. Sejak saat itu, Rafflesia menjadi puspa langka kebanggan Indonesia. Bukan hanya sebagai bentuknya yang unik dan menarik tetapi sekaligus sebagai lambang konservasi flora dan fauna langka.
Rafflesia tumbuh dengan baik di berbagai hutan di Sumatera tetapi provinsi Bengkulu menjadi pusat penemuan terbanyak saat ini. Makanya wajar jika Bengkulu disebut sebagai Bumi Rafflesia. Kehadiran hutan sebagai tempat tumbuh Rafflesia menjadi salah satu perhatian untuk tetap dilestarikan. Bukan hanya untuk memberikan habitat hidup Rafflesia tetapi juga untuk keseimbangan ekosistem lainnya yang berdampingan. Apalagi #IndonesiaBikinBangga dengan tumbuhnya Rafllesia ini.
Selain fakta membanggakan tersebut, ternyata hutan Indonesia juga masih menyimpan fakta lainnya baik dari segi luas, fungsi dan manfaatnya
a) Luas hutan di Indonesia
Tahu nggak sih kalian, jika hutan yang ada di Indonesia itu luas banget. Mungkin buat warga yang tinggal di perkotaan sangat jarang melihat hutan rimbun karena yang banyak terlihat adalah hutan beton pencakar langit. Tetapi faktanya, berdasarkan hasil pemantauan hutan Indonesia tahun 2020 oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan bahwa 50,9 % dari total daratan Indonesia adalah hutan.
“Luas hutan seluruh daratan Indonesia sebesar 95,6 juta Ha dimana 92,5 % dari luas tersebut berada di dalam kawasan hutan (sumber: KLHK)”
b) Fungsi dan manfaat hutan
Bukan hanya fakta luas hutan Indonesia yang begitu besar dan layak untuk dibanggakan tetapi juga dari fungsi dan manfaat kehadiran ternyata begitu besar. Banyak orang memandang hutan hanya rerimbunan pohon dengan berbagai vegetasi di dalamnya. Padahal jika ditelisik lebih mendalam, hutan malah memiliki fungsi vital untuk kehidupan. Apa saja itu:
1. Sebagai paru-paru dunia
Bukan tanpa sebab, hutan berfungsi sebagai paru-paru dunia. Tetapi memang karena faktanya bahwa di dalam hutan, tumbuh jutaan spesies tanaman yang menjadi habitatnya. Nah, jutaan tanaman ini lah yang kemudian menyerap karbon dioksida dan mengubahnya menjadi oksigen untuk kebutuhan bernapas manusia dan hewan.
2. Mencegah terjadinya pemanasan global
Seperti yang diketahui bahwa pemanasan global sering dikait-kaitkan dengan kehadiran karbon dioksida sebagai salah satu penyebabnya. Oleh karena itu dengan adanya hutan dengan jutaan pohon di dalamnya akan membantu menyerap karbondioksida untuk proses fotosintesis. Penyerapan karbondioksida oleh tanaman ini lah yang otomatis akan mencegah terjadinya pemanasan global dengan mengurangi karbondioksida.
3. Menjaga iklim tetap stabil
Bukan hal baru lagi kalau memang faktanya bahwa kehadiran hutan mampu menjaga iklim baik secara mikro maupun makro. Sehingga sangat penting hutan untuk dilestarikan.
Kekeringan akibat iklim tidak stabil |
4. Sumber cadangan air tanah
Proses hutan menjadi cadangan air tanah terjadi jika adanya hujan. Air hujan yang turun kemudian akan diserap oleh hutan dan menampungnya di dalam tanah. Dengan proses ini lah maka fungsi hutan sebagai cadangan air tanah bisa berlanjut terus-menerus.
Dibalik manfaat dan fungsi hutan yang luar biasa ternyata tidak terlepas dari ancaman. Kehadiran hutan dengan keanekaragaman vegetasi di dalamnya ternyata menjadi hal menggiurkan buat para kaum serakah. Apalagi kalau bukan dengan eksploitasi hutan secara berlebihan sehingga mengakibatkan deforestasi.
“Deforestasi merupakan peristiwa hilangnya hutan beserta vegetasi di dalamnya yang biasanya dilakukan untuk mengubah fungsi hutan menjadi fungsi lain seperti pertanian, peternakan, pemukiman dan lain-lain dengan cara penebangan hutan”
Di Indonesia sendiri, deforestasi terjadi setiap tahunnya. Bahkan sempat menyentuh angka 1.092.181,5 Ha pada medio tahun 2014-2015.
Jumlah deforestasi di Indonesia tiap tahun (sumber data: Buku Deforestasi Indonesia tahun 2013-2020 KLHK) |
Saya pun langsung teringat dengan banjir bandang Dolago 2012 silam, dimana banyaknya batang pohon hasil penebangan hanyut dan berserakan di muara sungai. Bisa jadi, deforestasi menjadi salah satu penyebab bencana banjir bandang tersebut.
Menjaga Hutan Ala Milenial
Sebagai generasi milenial, urusan kelestarian hutan juga menjadi tanggung jawab bersama. Tidak mau kan ya, mengalami bencana akibat keserakahan pihak tertentu atau malah karena ulah kita sendiri terhadap keberadaan hutan.
Oleh karena itu, seharusnya kita juga bisa loh berpartisipasi secara aktif sesuai kemampuan dan kapasitas kita dalam menjaga hutan. Nggak muluk-muluk kok, nggak perlu haru menjadi orang dari lembaga kehutanan untuk berpartisipasi aktif tetapi bisa dimulai dari kebiasaan dan hal menyenangkan lainnya. Apa saja itu?
1. Aktif dalam program konservasi alam
Sekarang sudah banyak banget loh program konservasi alam yang bisa diikuti secara gratis. Pada program ini, biasanya kita diajak untuk melihat secara dekat area hutan yang gundul atau kawasan gersang. Pada area ini kemudian dilakukan program konservasi mulai dari penanaman pohon hingga perawatannya.
Salah satu program konservasi yang pernah diikuti dengan melakukan penanaman pohon |
Dengan berjalannya waktu, hasil dari konservasi seperti ini bisa terlihat hasilnya. Pastinya semua dilakukan #UntukmuBumiku agar tetap lestari hingga nanti.
2. Ekowisata ke hutan terdekat
Urusan wisata, pasti para milenial suka. Nah, salah satu bentuk untuk menjaga hutan adalah dengan melakukan ekowisata ke hutan. Banyak hal yang bisa dinikmati jika liburan ke hutan, mulai dari melihat keindahan alam, belajar tentang tumbuhan, hingga merasakan menyatu dengan alam.
Kegiatan seperti ini, layaknya lirik lagu #DengarAlamBernyanyi
“Pandanglah indahnya biru yang menjingga"
"Simpanlah gawaimu, hirup dunia"
"Sambutlah mesranya bisik angin yang bernada"
"Dengar alam bernyanyi"
"Dengarkanlah"
"Bisik mesra"
"Alam bernyanyi”
Semakin sering melakukan ekowisata, maka rasa cinta kita untuk menjaga hutan perlahan-lahan akan tumbuh. Rasa memiliki dengan berbagai keindahannya akan terbentuk dengan begitu, bakal tidak rela jika hutan mengalami deforestasi.
Eduwisata di hutan |
3. Mengenal dan menikmati panganan dari hutan
Ada yang pernah dengar sagu atau madu hutan? Kedua produk itu dihasilkan dari hutan loh. Hutan bukan hanya memberikan rasa sejuk dan sebagai paru-paru dunia. Tetapi, hutan juga bisa menghasilkan panganan khas.
Dengan mengenal panganan khas dari hutan dan menikmatinya, maka akan tercipta rasa memiliki dan mencintai produk hasil olahan hutan ini. Tidak ingin kan panganan hutan hilang seketika akibat penggundulan hutan. Makanya penting juga untuk tahu akan panganan dari hutan agar muncul rasa memiliki terhadap hutan.Apalagi kan, #HutanKitaSultan semuanya adalah di hutan. Jadi jangan sampai punah.
4. Aktif menciptakan tren positif akan manfaat hutan di media sosial
Media sosial sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari para milenial. Karena itu, sebagai salah satu upaya menjaga hutan agar tidak binasa dengan selalu menciptakan tren positif akan hadirnya hutan di sekeliling kita. Tujuannya jelas, agar terbentuk #TeamUpforImpac dan setiap orang yang melihat, membaca dan menikmati konten tersebut ikut melindungi hutan dengan cara masing-masing.
Jadi, siapapun kita. Apapun posisi dan jabatan yang dimiliki. Semua bisa kok untuk ikut serta melestarikan hutan. Agar kita semua terhindar dari bencana akan keserakahan dalam deforestasi. Lestari hutanku, lestari negeriku.
comment 0 komentar
more_vert