MASIGNASUKAv102
1508570391356967755

Pengentas Pendidikan Dasar 12 Tahun Dari Ulujadi

Pengentas Pendidikan Dasar 12 Tahun Dari Ulujadi
Add Comments
19 August 2024

 “Berilah aku 10 pemuda yang bersemangat besar, niscaya aku akan sanggup menggemparkan dunia”- Bung Karno. Mungkin kata mutiara ini sudah terucap puluhan tahun silam, tetapi gema dan maknanya masih selalu menyala di setiap sanubari pemuda Indonesia, salah satu pemuda tersebut adalah Surya Dharma. 

Surya Dharma

Perubahan itu memang tidak datang dengan sendirinya tetapi perubahan itu selalu dibawa oleh mereka para penggerak perubahan. Berawal dari keresahan terhadap lingkungan tempat tinggal Surya Dharma, dimana kala itu banyak sekali remaja yang putus sekolah. Mereka lebih mementingkan untuk menjadi buruh bangunan dan kerja serabutan. Sedangkan urusan Pendidikan adalah nomor terakhir. Bagi mereka makan hari ini sudah cukup, nggak perlu harus sekolah tinggi. Itulah mengapa angka putus sekolah semakin meningkat.

Makanya tidak heran, jika data BPS yang dirilis tahun 2022 menempatkan Sulawesi Tengah masuk dalam 10 besar provinsi di Indonesia dengan angka anak tidak sekolah di 3 kelompok usia anak. Untuk usia 7-12 tahun berada pada peringkat 9 angka putus sekolah, untuk kelompok usia 13-15 tahun di peringkat 7 dan usia 16-18 tahun di peringkat 6. Padahal urusan pendidikan ini sudah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 1 dan 2 yang berbunyi

(1)   Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan

(2)   Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya

Keberadaan sekumpulan anak remaja yang putus sekolah ini lah yang membuat hati dan pikiran Pak Surya Dharma gelisah. Kala itu pekerjaan beliau sebagai seorang guru. Berbagai pertimbangan dan diskusi sana-sini dengan rekan sejawat, akhirnya beliau mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Khatulistiwa di Kota Palu sebagai sekolah gratis non formal untuk seluruh lapisan masyarakat yang ingin lanjut sekolah hingga jenjang pendidikan 12 tahun.

Tantangan Mendirikan Sekolah Gratis

Tidak selamanya kata ‘gratis’ itu disambut baik oleh semua orang. Itulah yang terjadi dengan PKBM Khatulistiwa. Di awal pendiriannya, tahun 2011 para orang tua yang memiliki anak putus sekolah malah memandang sinis dengan program ini. Mereka khawatir, dengan sekolah ‘gratis’ hanya awalnya saja tetapi ujung-ujungnya tetap bayar. Hal ini membuat PKBM Khatulistiwa kesulitan dalam mengumpulkan peserta didik.

Kala itu di benak mereka, “jangan-jangan hanya janji manis saja gratis dan ujung-ujungnya berbayar juga. Mulai dari seragam dan lain-lain”. Apalagi kala itu belum banyak konsep sekolah gratis informal di Kota Palu.

Mendapat hambatan seperti ini, pak Surya tidak tinggal daim. Beliau menggandeng DKM Masjid di sekitar Ulujadi untuk membantu dalam menginformasikan kegiatan sekolah gratis ini. Hingga hasilnya pun nampak. Terkumpul sekitar 20 orang remaja usia produktif yang sudah putus sekolah dan kala itu ingin belajar di PKBM Khatulistiwa.

Perlahan tapi pasti, keberlanjutan pendidikan 20 peserta didik ini sudah dimulai. Semua aktivitas PKBM Khatulistiwa dipusatkan di jalan Cemara No 202, kota Palu. Pada pelaksanaannya Pak Surya dibantu dengan 4 orang lainnya untuk membimbing 20 orang remaja tersebut.

Pembuatan Kerajinan Tangan
Pembuatan kerajinan tangan di PKBM Khatulisitwa (sumber: medsos PKBM Khattulistiwa)


Berbeda dengan sekolah formal, sistem pembelajaran yang diterapkan di PKBM Khatulistiwa  menggunakan sistem modul. Dimana, setiap anak akan belajar sesuai modul di hari sabtu dan minggu. Menariknya lagi, bukan hanya pembelajaran untuk mengejar ijazah ujian penyetaraan paket A, C atau C tetapi mereka juga dibekali dengan keterampilan lainnya seperti pelatihan komputer, fotografi, kerajinan tangan dan penguasaan bahasa Inggris.

Bagi pak Surya Dharma, “Apa yang dilakukan di PKBM Khatulistiwa bukan hanya sekadar pelaksanaan sekolah gratis untuk mendapatkan ijazah setara sekolah formal. Tetapi lebih dari itu. Semua peserta didik dipersiapkan dengan berbagai keterampilan bersertifikat. Keterampilan inilah yang nantinya menjadi nilai tambah saat melamar pekerjaan formal”.

Dibalik Cobaan Selalu Saja Ada Jalan Keluar

Sejak tahun 2011 dan resmi terdaftar menjadi PKBM Khatulistiwa di tahun 2013, cobaan demi cobaan datang silih berganti mulai dari masyarakat yang sulit menerima hingga bencana maha dahsyat, gempa dan tsunami Palu.

Kala itu, 28 September 2018 kota Palu diguncang gempa bumi berkekuatan 7,4 skala richter (SR) yang disusul dengan gelombang tsunami dan likuifaksi. Bencana ini meluluhlantakkan kota Palu. Semua orang berfokus mencari keluarga yang hilang dan menjadi korban bencana ini. Banyak rumah runtuh. Mayat bergelimpangan. Kota Palu berubah menjadi ‘kota mati’ dalam hitungan detik.

Setelah beberapa pekan pasca bencana ini, perlahan aktivitas mulai bangkit. Termasuk di PKBM Khatulistiwa. Banyak anak didik tidak lagi kembali belajar. Mereka mengikuti orang tuanya keluar kota Palu. Bahkan beberapa diantaranya menjadi korban meninggal dunia.

Tidak tinggal diam, Surya Dharma dan rekan penggerak lainnya kembali mendata para murid dan gencar melakukan sosialisasi. Kali ini menggandeng pihak kelurahan untuk menginformasikan terkait sekolah gratis non formal ini. Dari mulut ke mulut petugas kelurahan akhirnya membuahkan hasil. Jumlah siswa yang menurun drastis kembali banyak. Ini semua karena semangat untuk memajukan pendidikan remaja putus sekolah di Ulujadi, bahkan ada salah satu siswa berumur 56 tahun.

Aktivitas Pembelajaran di PKBM Khatulistiwa
Pembelajaran di PKBM Khatulistiwa (sumber: medsos PKBM Khatulistiwa)


Setelah gempa dan tsunami Palu, bencana berikutnya dating. Pandemi Covid mewabah. Semua orang takut untuk keluar rumah. Jangankan siswa, para pengajar PKBM Khatulistiwa pun juga tidak melakukan aktivitas seperti biasanya. Kurangnya fasilitas menjadi hambatan.

Tetapi itu semua bisa diatasi secara bertahap. Surya Dharma dan tim penggerak lainnya akhirnya mengadopsi sistem pembelajaran secara online. Kala itu, tidak semua siswa bisa ikut karena keterbatasan ekonomi dalam hal ini pembelian kuota internet. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya PKBM Khatulistiwa melakukan pembelajaran secara offline di 3 lokasi pendukung yaitu di Palu Utara, Palu Timur dan Palu Barat dengan 15 tenaga pengajar.

Kehadiran 3 lokasi pendukung ini bukan hanya sebagai Solusi atas masalah pandemi covid tetapi juga memberikan kesempatan lebih luas ke masyarakat lainnya yang putus sekolah untuk mendapatkan pendidikan informal secara gratis di PKBM Khatulistiwa

Penghargaan Hanyalah Bonus

Jika semua masyarakat memahami bahwa pendidikan adalah investasi masa depan, maka tidak ada satupun anggota keluarga yang akan berhenti sekolah. Melalui pendidikan, bisa merubah kondisi ekonomi keluarga. Hal ini lah yang diperjuangkan oleh Surya Dharma.

Perjuangan beliau pun membuahkan hasil. Satu per satu peserta didik sudah mendapatkan pekerjaan formal yang layak setara lulusan dari sekolah formal lainnya. Bahkan ada diantara mereka yang bisa lanjut menempuh studi hingga tingkat universitas di luar negeri karena memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik.

Program bahasa Inggris
Kerjasama dalam peningkatan kemampuan bahasa Inggris (sumber: medsos PKBM Khatulistiwa)

Semangat dan hasil ini lah yang mengantarkan Surya Dharma sebagai salah satu pemenang SATU Indonesia Awards bidang Pendidikan tahun 2018.

Sekadar informasi, Semangat ASTRA Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards adalah ajang bergengsi yang diselenggarakan oleh ASTRA group sebagai bentuk apresiasi anak bangsa atas kontribusi yang sudah dicapai dalam mendukung terciptanya kehidupan berkelanjutan. Menariknya lagi, dalam pemilihan SATU Indonesia Awards ini ternyata dibagi dalam beberapa bidang seperti bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, kewirausahaan dan teknologi.

Bagi Surya Dharma, penghargaan ini hanyalah bonus dari apa yang sudah dilakukan selama ini. Karena memang sesuai dengan niat awalnya yaitu mengentaskan pendidikan 12 tahun melalui sekolah gratis untuk mereka yang putus sekolah.

Di tahun 2024, PKBM Khatulistiwa semakin melebarkan sayapnya dengan menjangkau lebih banyak daerah termasuk daerah perbukitan yang ada di desa Salena kelurahan Buluri.

Bagi pak Surya keberlanjutan masa depan remaja saat ini bisa melalui pendidikan yang bisa mengubah masa depan mereka. Dari kerja serabutan ke pekerjaan formal yang layak. Dan semua itu berawal dari satu perjuangan dan langkah kecil di PKBM Khatulistiwa sebagai sekolah gratis non formal.

Talif

Saat ini selain sebagai blogger juga bekerja sebagai technical team khususnya dalam dunia kimia perminyakan.